BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
(1) Karya sastra adalah struktur yang
kompleks .Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra
dianalisis (Hill, 1966:6). Dalam analisis itu karya sastra diuraikan
unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan
dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa, karya sastra itu adalah sebuah karya
sastra yang utuh ( Hawkes,1978:6). Di samping itu, sebuah struktur sebagai
suatu kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui
unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan
di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur- unsur atau bagian- bagian lainnya
dengan keseluruhannya (Hawkes, 1978:17-18).
Analisis Struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotik. Hal
ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan struktur (sistem) tanda- tanda
yang bermakna. Tanda- tanda tersebut mempunyai makna sesuai dengan konvensi ketandaan
. Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua yang mempergunakan bahan
bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Studi semiotik sastra adalah
usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda- tanda dan karena itu, menentukan
konvensi- konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti (Preminger,1974:981).
Hal ini
sejalan dengan pendapat Pradopo
(1987: 108) yang mengemukakan bahwa analisis struktural tidak dapat
dipisahkan dengan analisis semiotik. Karena semiotik dan strukturalisme adalah
prosedur formalisasi dan klasifikasi bersama-sama. Keduanya memahami
keseluruhan kultur sebagai sistem komunikasi dan sistem tanda dan berupaya
kearah penyingkapan aturan-aturan yang mengikat. Dikemukakan
Junus (dalam Jabrohim, 2003:67) bahwa semiotik itu merupakan lanjutan atau
perkembangan strukturalisme.Strukturalisme itu tidak dapat dipisahkan dari
semiotik. Alasannya adalah bahwa karya sastra itu merupakan struktur
tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan tanda-tanda dan maknanya, serta
konvensi tandanya, karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal.
Hal ini
menandakan bahwa sistem tanda dan konvensinya merupakan jalan dalam
pembongkaran makna, tanpa memperhatikan sistem tanda maka struktur karya sastra
tidak dapat dimengerti maknanya secara keseluruhan.
Dalam kaitannya dengan pemaknaan, pembacalah yang seharusnya
bertugas memberi
makna karya sastra. Khusus pemaknaan terhadap puisi, proses pemaknaan itu dimulai
dengan pembacaan heuristik,
yaitu menemukan meaning unsur-unsurnya menurut kemampuan bahasa yang
berdasarkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tentang dunia luar (mimetic
function). Akan tetapi, pembaca kemudian harus meningkatkannya ke tataran pembacaan hermeneutik yang di dalamnya kode karya sastra tersebut di bongkar (decoding) atas dasar significance-nya.
Untuk itu, tanda-tanda dalam sebuah puisi memiliki makna setelah
dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya ( Riffaterre, 1978: 4-6).
(2) Dengan bertolak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan
bahwa untuk dapat memahami hakikat makna dari puisi Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran, perlu dilakukan interpretasi
(tafsiran) semiotik. (3)Pemilihan puisi karya
Kahlil Gibran ini memiliki kelebihan baik dari segi tema maupun isi puisi, diantaranya pada segi isi yang
menampilkan fenomena percintaan dalam kehidupan, khususnya pada nilai moral
yang membangun semangat seseorang agar tidak putus asa jika ditinggal pergi
orang yang dicintainya. Sedangkan dalam hal tema, Kahlil Gibran memiliki
spesifikasi sendiri tentang tema dan permasalahannya apabila dibandingkan dengan puisi lain.
Tema dalam puisi Cinta yang Agung ini
tentang kebesaran cinta seseorang serta ketabahan hati seseorang meskipun
dihianati dan ditinggal pergi orang yang dicintainya,dia masih saja menunjukkan
kebesaran cintanya dengan mendo’akannya dan tetap tegar ,serta terus melangkah
menyambut masa depan.
(4) Berdasarkan
pertimbangan di atas, dapat dikatakan bahwa puisi Cinta yang Agung memiliki persoalan-persoalan percintaan dalam
kehidupan masyarakat. Selain alasan-alasan di atas, pemilihan puisi Cinta yang Agung sebagai objek
penelitian ini, juga dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sampai saat ini,
belum ada penelitian terhadap puisi Cinta
yang Agung karya Kahlil Gibran.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas,
maka permasalahn yang diangkat dalam puisi
......(Judul Puisi) adalah :
a)
Bagaimana kandungan
makna puisi Cinta yang Agung karya
Kahlil Gibran berdasarkan
pembacaan heuristik dan hermeneutik ?
b)
Bagaimana matrik dan model yang terdapat
dalam puisi Cinta yang
Agung karya Kahlil Gibran ?
3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah
sebagai berikut:
a)
Untuk mendeskripsikan makna Cinta
yang Agung karya Kahlil Gibran secara heuristik dan hermeneutik
b)
Untuk mendeskripsikan matrik, model, varian,
dan hipogram
yang terdapat dalam puisi Cinta yang
Agung karya Kahlil Gibran