Monday, June 17, 2013

Analisis Puisi oleh Aan FKIP UNIM


BAB I
PENDAHULUAN
1.         Latar Belakang
(1) Karya sastra adalah struktur yang kompleks .Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis (Hill, 1966:6). Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa, karya sastra itu adalah sebuah karya sastra yang utuh ( Hawkes,1978:6). Di samping itu, sebuah struktur sebagai suatu kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan  di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur- unsur atau bagian- bagian lainnya dengan keseluruhannya (Hawkes, 1978:17-18).
Analisis Struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotik. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan struktur (sistem) tanda- tanda yang bermakna. Tanda- tanda tersebut mempunyai makna sesuai dengan konvensi ketandaan . Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua yang mempergunakan bahan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda- tanda dan karena itu, menentukan konvensi- konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti (Preminger,1974:981).
Hal ini sejalan dengan pendapat Pradopo (1987: 108) yang mengemukakan bahwa analisis struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotik. Karena semiotik dan strukturalisme adalah prosedur formalisasi dan klasifikasi bersama-sama. Keduanya memahami keseluruhan kultur sebagai sistem komunikasi dan sistem tanda dan berupaya kearah penyingkapan aturan-aturan yang mengikat. Dikemukakan Junus (dalam Jabrohim, 2003:67) bahwa semiotik itu merupakan lanjutan atau perkembangan strukturalisme.Strukturalisme itu tidak dapat dipisahkan dari semiotik. Alasannya adalah bahwa karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan tanda-tanda dan maknanya, serta konvensi tandanya, karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Hal ini menandakan bahwa sistem tanda dan konvensinya merupakan jalan dalam pembongkaran makna, tanpa memperhatikan sistem tanda maka struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara keseluruhan.
Dalam kaitannya dengan pemaknaan, pembacalah yang seharusnya bertugas memberi makna karya sastra. Khusus pemaknaan terhadap puisi, proses pemaknaan itu dimulai dengan pembacaan heuristik, yaitu menemukan meaning unsur-unsurnya menurut kemampuan bahasa yang berdasarkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tentang dunia luar (mimetic function). Akan tetapi, pembaca kemudian harus meningkatkannya ke tataran pembacaan hermeneutik yang di dalamnya kode karya sastra tersebut di bongkar (decoding) atas dasar significance-nya. Untuk itu, tanda-tanda dalam sebuah puisi memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya ( Riffaterre, 1978: 4-6).
(2) Dengan bertolak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk dapat memahami hakikat makna dari puisi Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran, perlu dilakukan interpretasi (tafsiran)  semiotik. (3)Pemilihan puisi karya Kahlil Gibran ini memiliki kelebihan baik dari segi tema maupun  isi puisi, diantaranya pada segi isi yang menampilkan fenomena percintaan dalam kehidupan, khususnya pada nilai moral yang membangun semangat seseorang agar tidak putus asa jika ditinggal pergi orang yang dicintainya. Sedangkan dalam hal tema, Kahlil Gibran memiliki spesifikasi sendiri tentang tema dan permasalahannya apabila dibandingkan dengan puisi lain. Tema dalam puisi Cinta yang Agung ini tentang kebesaran cinta seseorang serta ketabahan hati seseorang meskipun dihianati dan ditinggal pergi orang yang dicintainya,dia masih saja menunjukkan kebesaran cintanya dengan mendo’akannya dan tetap tegar ,serta terus melangkah menyambut masa depan.
(4) Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat dikatakan bahwa puisi Cinta yang Agung memiliki persoalan-persoalan percintaan dalam kehidupan masyarakat. Selain alasan-alasan di atas, pemilihan puisi Cinta yang Agung sebagai objek penelitian ini, juga dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sampai saat ini, belum ada penelitian terhadap puisi Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran.





2.        Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, maka permasalahn yang diangkat dalam puisi ......(Judul Puisi)  adalah :
a)      Bagaimana kandungan makna puisi Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik ?
b)      Bagaimana matrik dan model yang terdapat dalam puisi  Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran ?

3.        Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a)      Untuk mendeskripsikan makna Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran secara heuristik dan hermeneutik
b)      Untuk mendeskripsikan matrik, model, varian, dan hipogram yang terdapat dalam puisi  Cinta yang Agung karya Kahlil Gibran