Thursday, May 30, 2013

Cerpen Remaja


SENJA YANG MENGANTAR IMPIANKU
Karya Wardatul Adawiyah

Lambat laun dingin semakin menusuk, masuk kesegala rongga tubuhku, dingin ini beradu kuat dengan suhu tubuhku yang semakin panas terasa. Aku masih dalam kesakitanku! Sudah 2 hari aku terbaring lemas diatas kasur berselimut kain tebal berwarna merah dengan sedikit motif bunga tulip disetiap ujungnya.
Tanpa kusadari, mutiara hangat mulai jatuh, mengairi kedua pipiku. Semakin deras mengucur dikedua muara anak pipi. Aku menangis malam ini bukan alasan karena cinta, rasa sakit hati, bukan pula karena sakitku yang tiap harinya tidak menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik. Tapi malam ini, kesedihan itu datang karena rasa rinduku yang membuncah mendengar suara lemah lembut beliau.
Setelah magrib usai, ibu menelfonku di seberang sana. Ia menanyakan perihal kabarku disini, menanyakan kabarku dalam perantauan selama sebulan terakhir. Aku sedikit gugup menjawab, dengan nada ragu-ragu kujawab bahwa diriku baik-baik saja ditanah kampung orang. Aku berbohong Allah, maafkan hamba Ya Allah, tidak ada niat sedikitpun untuk membohongi beliau.
Semenit berlau, dua, tiga, dan dimenit ke enam, ibuku merasakan kejanggalan dalam percakapanku malam ini.
“nak, kamu sakitkah ?” kupejamkan mataku sesaat, merasakan getaran suara yang mulai berubah.
“mm.. Amani baik-baik saja bu’, tidak apa kok”
“jangan bohong sama ibu, ibu tahu kau sedang sakit, suaramu melemas begitu, belum lagi batukmu yang selalu terdengar” aku hanya terdiam, mendengar suara beliau yang mulai diiringi dengan tangisan kecil.
“sudah berapa hari kamu sakit ?, apa ibu bilang, tidak usah sekolah jauh-jauh, kalau begini siapa yang mau menjagamu ?, pulang sajalah, tidak usah pikir beasiswa yang kau terima disana, ibu dan bapakmu disini masih bisa membiayai kuliahmu.! Aku menarik nafasku dalam. Sedikit kesal mendengar perkataan ibu barusan.
Segera kututup telefon ibuku diseberang sana, tanpa ada salam penutup yang sering mengakhiri pembicaraan seperti biasanya. Fisikku tidak sanggup mendengar semua keluh kesah ibu, tidak sanggup mendengar suaranya kian parau yang memecah jadi tangis. Maafkan Amani bu! Ini sudah keputusan Amani. Sekali lagi maaf.
Malam ini benar-benar membuatku sedih, sakitku ditambah kejadian barusan membuatku sedikit menitihkan air mata lagi. Jadi rindu kampung halaman, jadi rindu sosok luar biasa nan bersahaja dirumah sana, jadi rindu kecerian berbagi tawa dan canda bersama adik-adik, jadi rindu mereka yang jauh disana.
Kepalaku masih pening! Sepertinya sakitnya kambuh! Beban pikiranku ditambah satu lagi. Teringat malam yang telah lalu, saat esok kepergianku merantau di tanah kampung orang. Ah, mengingatnya membuat air mataku kembali bercucuran deras. Saat ayah, ibu, nenek, kakek, paman, bibi dan keempat saudaraku duduk melantai diruang TV. Malam itu kebahagiaanku terasa lengkap, semuanya hadir memberikanku pesan dan kesan sebelum esok aku pergi jauh untuk waktu yang lama.
Ini impianku, ini cita-citaku, bersekolah diluar kota dengan jurusan dan fakultas yang saya inginkan. Ayah dan ibuku bersih keras melarangku bersekolah jauh-jauh. Kesempatan itu sempat menjadi mimpi nyata yang nyaris terbuang begitu saja.
“kan bisa sekolah di Makassar saja nak! Masuk negerilah dulu, disini juga masih banyak universitas bagus! Tidak usah pikirkan beasiswa itu, ayah masih bisa membiayai, cita-citamu jadi seorang penulis juga bisa dimulai disini nak!”
“lantas kenapa Ayah mengizinkanku mendaftar disana ? Ah, bagi Amani perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta sama saja yah! Tergantung pribadinya kita sendiri, Amani juga dari sekolah swasta, tapi masih bisa bersaing dengan anak negeri. Pokoknya niat Amani sudah bulat! Amani ingin kuliah disana!” nada biacaraku sedikit meninggi.
“iya Ayah paham, ayah masih ingat jelas dengan cerita-cerita impianmu bahwa kamu ingin bersekolah diluar kota dengan jurusan psikologi dan ingin menjadi penulis muda, ya! Ayah masih ingat jelas itu nak. Tapi ayah tetap saja khawatir, kamu masih kecil untuk mengenal kehidupan diluar sana, bagaimana kerasnya kehidupan luar, kamu masih terlalu muda nak untuk kuliah jauh-jauh”.
“Belum lagi kamu sering sakit, lantas siapa yang akan menjagamu nak ? siapa yang akan menyiapkan makananmu ?” ibuku menambahkan. “pokoknya Amani ingin sekolah disana! Amani ingin kejar impian Amani. Huh!”
Jauh sebelum malam itu, sering sekali Ayah dan Ibu mengurungkan niatku untuk bersekolah diluar kota. Tapi malam sebelum hari keberangkatanku, aku menyadari alasan mereka melarangku pergi! Kehidupan luar memang terlalu ganas untuk kulalui seorang diri ditanah kampung orang. Akan banyak rindu yang tumpah tiap malamnya, akan banyak rasa cemas yang selalu hadir, akan banyak air mata yang jatuh karena perpisahan ini. Namun, ini tetap cita-cita dan impian yang harus mengorbankan segalanya. Termasuk rasa egoisme diri kita masing-masing.
“ayah hanya berpesan, agar Amani disana tetap menjaga sholat, pergaulan serta akhlak Amani, bersekolah yang rajin, jangan kecewakan kami semua disini nak, kepergianmu besok adalah langkah awal dari mimpi-mimpimu, tetap hadirkah Tuhanmu ditiap langkahmu nak.!” Seraya tertunduk dengan mata yang sembab, Ayah mengecup keningku, memeluk anak sulungnya sangat erat dengan penuh perasaan cinta.
“ingat! jaga kesehatanmu, ibu tidak mau kalau sampai disana sering sakit lagi, jangan lupa sering minum vitaminmu, minum susulah biar gejala tipus mu itu tidak kambuh-kambuh lagi”
“ibuku sayang, kalau urusan minum susu, Amani nggak janji yah? Hehe ” sambil mengecup kadua pipi beliau. Malam ini kebahagianku lengkap sekali, doaku malam ini
“Allah izinkan keduanya tetap dalam naungan kasih-Mu, limpahkan kelapangan serta kesehatan bagi keduanya.”
Senja datang beriringan bersama jingga yang mulai menguning disudut kaki langit, sore itu, sebelum berangkat kebandara, aku datang ke ma’had yang membesarkanku, sore itu juga, aku benar-benar merasakan bahwa mereka semua, adik-adikku di ma’had, teman-teman, sahabatku bahkan guru-guruku turut menangisi kepergian kami berempat. Mendengar nasihat dan salam selamat tinggal rasanya tidak ingin jauh dari mereka semua. Namun, inilah takdirku, inilah impianku yang harus kukejar, yang harus kuraih, meskipun perpisahan memang kadang menyakitkan.
“Amani ini.!” Kulirik dari belakang sahabatku Mhiza.
“apa ini ?” seraya menerima bungkusan didalam kantongan plastik putih.
“hadiah dari sahabatmu disebelah rumah, yang dia janjikan itu loh! yang satunya lagi kenang-kenangan dariku” kubuka plastik putih itu dan kutemukan sebuah novel tentang ‘persahabatan’ dan satunya lagi buku diary yang lumayan besar berwarna cokelat muda.
“makasih ya Zaa..” Mhiza tersenyum. Aku berlari kearah ibuku yang berada didalam mobil, sejam lagi aku akan berangkat meninggalkan kota kelahiranku. Kota penuh kenangan dalam hidupku.
Bandara Internasional Hasanuddin 17: 25 WITA
Suasana bandara itu sesak, dipenuhi kerumunan manusia. Ada orang-orang yang sedang bergembira melihat sanak saudara serta kerabat mereka berdatangan dari persinggahan yang lama ditanah kampung orang, namun disisi lain, tidak sedikit juga mereka bersedih melihat keluarga serta kerabat mereka pergi untuk waktu yang lama.
Inilah seni kehidupan, dimana kita dihadapkan antara dua pilihan, kanan dan kiri, atas dan bawah, baik dan buruk serta pertemuan dan perpisahan adalah salah satu seni kehidupan yang selalu memberikan kesan berarti dan mendalam. Engkau akan mengenal seseorang ketika pertemuan itu datang menyapa, dan engkau akan merasa seseorang itu berarti dalam hidupmu ketika perpisahan datang menghampirimu, namun segalanya akan indah pada waktunya, baik yang buruk sekalipun akan terasa indah ketika engkau mengenang masa-masa dimana kita saling berbagi.
“Amani kutitip ke-3 temanmu, saling mengingatkan disana nak!, ingat tiga pesan ustadzah, jaga sholatmu, jaga pakaianmu, dan jaga hatimu nak, ingat! pergaulanmu yang salah bisa merusak dirimu sendiri” Ustadzahku memelukku erat, mengusap kepalaku serta mengelus lembut punggungguku.
Sedikit lagi, senja akan menghilang...
Kupeluk erat wanita perkasa itu, ah! Rasanya air mataku ingin tumpah lagi melihat beliau kembali menitihkan air mata. nenek ,adik-adikku , ustadzahku, sahabat-sahabatku yang turut mengantar, kuucapkan selamat tinggal, doakan kami semoga selamat dalam perantauan ini. Senja itu tak menghadirkan ayahku. Tidak apalah mungkin tugasnya kali ini benar-benar penting! Tapi, aku yakin dari kejauhan sana beliau tidak berhenti mendoakan anaknya ini.
Aku masuk! Perlahan bayangan nyata mereka mulai hilang dari pandanganku. Senjapun demikian, garis-garis jingga yang menghiasi kaki langit mulai samar. Kini siluet hadir menggantikan senja yang mengantarku pergi, yang membawa imipianku kesebuah tempat yang mengharuskanku berpisah dengan orang-orang yang kusayang untuk waktu yang lama.
Semoga pada senja berikutnya aku akan hadir bersama kalian, berbagi cerita, berbagi tawa dan canda dibawah langit penuh jingga itu. Ataukah senja yang hadir bersama gerimis manja yang melukis senyum indah pelangi. Aku akan bersabar bersama rinduku disini, bersama doa-doa kalian yang selalu mengalun ditiap sujudmu. Akan kubawa pulang sebuah amanah yang telah dititipkan diatas kedua pundakku yang telah menjadi mimpi nyata dalam kehidupan kelak.
“auu...” seberkas cahaya jingga masuk menembus jendela kamarku dari arah barat, kali ini senja membangunkanku. Menyilaukan kedua mataku yang telah menangis semalam suntuk. Masyaallah hampir lupa aku! Hari ini ada agenda penting dikampus, setengah jam lagi aku akan terlambat!.
Senja temani aku mengukir mimpiku disini, tetap bersamaku dalam kelapangan maupun kesakitanku. Berjanjilah padaku! Aku akan pulang bersamamu kembali. Kekampung kelahiranku dengan membawa sejuta harapan-harapan nyata bagi mereka. Pulang! Dan kau bersamaku akan menatap senyum tulus bahagia mereka dibawah naungan kasih Tuhan. Kabulkanlah ya Rabb! Amin, Amin ya Rabbul Izzati.


Filsafat Ilmu


BAB I

PENGANTAR ILMU FILSAFAT


A.    PENDAHULUAN
Pengertian filsafat secara etimologi atau istilah bahasa ada dua yakni: falsafah dari bahasa Arab dan filosofi berasal dari Yunani (582 SM). Kata filosof berasal  dari dua kata yaitu philosof  yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijakan.Jadi filsafat adalah cinta kebijaksanaan dalam arti yang berfikir sedalam-dalamnya.
Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan perihal kebijaksanaan. Sedangkan kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, sebab kebijaksanaan dapat menjadikan manusia untuk bertindak berdasarkan pertimbangan kemanusiaan yang tinggi.
Langkag-langkah tercapainya kebijaksanaan
1.      Membiasakan diri untuk bersifat kritis dalam kepercayaan dan sikap yang selama ini kita junjung tinggi. Contoh: adat istiadat, agama, norma adat, nilai etika.
2.      Berusaha untuk memadukan hasil since dan pengalaman manusia sehingga menjadi suatu pandangan yang konsisten terhadap alam semesta beserta isinya. Contoh: penemuan nuklir, penemuan pasawat.
3.      Menelusuri makna dan arti yang terkandung di dalam ajaran agama, karena merupakan sumber manusia.
Definisi Filsafat
1.      Filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan alam semesta dan isinya memiliki sifat yang kritis dan
2.      Filsafat sebagai suatu metode yaitu sebagai cara berfikir secara reflektif atau mendalam dengan berfikir secara hati-hati dan teliti.Contoh: mempelajari tentang manusia, hewan, tumbuhan
3.      Filsafat sebagai kelompok persoalan filsafat dan non filsafat.
Ciri-ciri pertanyaan non filsafat
1.         Merupakan pertanyaan fakta,
2.         Bersangkutan dengan hal-hal tertentu atau khusus terikat dengan ruang dan waktu, sehingga jawabannya dapat diberikan secara langsung.
Contoh: berapa nilai saudara?
Ciri-ciri pertanyaan filsafat
Pertanyaan yang tidak mudah dijawab sehingga muncul pertanyaan susulan dan terus menerus.
Contoh: apakah kebenaran itu?
      Apakah perbedaan benar dan salah?
      Mengapa manusia ada dibumi?
4.      Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran. 
5.      Filsafat sebagai analisa logis tentang penjelasan bahasa dan makna istilah dengan cara menganalisa maknanya.
6.      Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, menggabungkan persoalan manusia akan menghasilkan pandangan yang konsisten.
B.       CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFAT
1.         Radikal (Radix Yunani) yaitu berfikir sampai keakarnya atau sampai hakekat subtansi.
2.         Universal ialah pemikiran filsafat yang menyangkut pengalaman manusia.
3.         Konseptual adalah hasil kumpulan umum dari suatu kejadian.
4.         Kohern ialah sesuai kaidah-kaidah berfikir atau logis
Konsisten ialah tidak mengandung kontradiksi
5.         Sistematik/suatu sistem yaitu uraian kefilsafatan harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
6.         Komprehensif (menyuluh) yaitu menjelaskan ilmu filsafat secara menyeluruh.
7.         Bebas yaitu sampai batas-batas yang luas.
8.         Bertanggung jawab adalah seseorang yang berfilsafat bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya.
Alasan mengapa orang berfilsafat
1.         Heran
2.         Kesanksian (sumber pertama sumber pemikiran)
3.         Kesadaran akan keterbatasan

C.     PERSOALAN FILSAFAT
Ciri-ciri
1.      Bersifat sangat umum yaitu menyangkut objek-objek yang umum atau tidak khusus
2.      Tidak menyangkut fakta yaitu spekulatif melampoi batas-batas ilmiah
3.      Bersangkutan deengan nilai-nilai moral, agama, sosial. Nilai adalah kualitas abstrak yang dapat menimbulkan rasa puas, bahagia bagi yang mengalaminya.
4.      Bersifat kritis
5.      Bersifat sinoptik (secara garis besar) ialah persoalan filsafat yang menyangkut struktur secara keseluruhan.
6.      Bersifat implikatif ialah persoalan filsafat itu sudah dijawab maka muncul persoalan baru yang saling berhubungan.
D.    CABANG-CABANG FILSAFAT
1.      Metafisika (meta + physika) adalah sesuatu yang dibalik atau dibelakang gejala-gejala fisik.
Persoalan-persoalan Metafisika
a.       Persoalan-persoalan ontologis adalah persoalan yang menyangkut hakekatnya
Contoh: apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, ekstitensi?
b.      Persoalan-persoalan kosmologis (ilmu tentang alam) adalah persoalan yang berkaitan dengan asal mula perkembangan atau struktur, susunan alam
Contoh: Apa hakekat hubungan sebab akibat?
             Apakah ruang dan waktu?
c.       Antropologi
Contoh: Bagaimana hubungan badan dan jiwa?
             Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
2.    Apistomologi (teori pengetahuan) dari bahasa Yunani episteme dan logos (pengetahuan dari teori) adalah cabang filsafat yang mempelajari sumber atau struktur metode dan shahnya pengetahuan.
Contoh: bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?
              Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh?
3.    Logika adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan kegiatan berfikir (logos, Yunani).
Contoh: Apa yang dimaksud dengan pengertian?
              Apa yang dimaksud dengan penyimpulan?
4.    Etika adalah cabang filsafat moral filosof (Yunani “ethoy” watak).
Contoh: Apa yang dimaksud baik atau buruk secara moral?
              Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan baik secara moral?
5.    Estetika adlah cabang filsafat mengenai keindahan (filosof of beuty) sedangkan Yunani “Aistetika”
Contoh: Apakah keindahan itu?
              Apa yang merupakan ukuran keindahan?
E.       KEGUNAAN FILSAFAT
Kegunaan filsafat secara umum ialah sebagai pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidupmu.
Kegunaan filsafat secara khusus adalah sebagai berikut:
1)                  Sebagai bangsa dan negara harus bisa bersikap terbuka dan kritis,
2)                  Merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kebudayaan dan tradisi,
3)   Merupakan dasar untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya pada akademisi universitas.
F.        PRINSIP-PRINSIP DALAM BERFILSAFAT
1)   Meniadakn kecongkaan atau kesombongan,
2)   Perlunya sikap mental yang berupa kesetiaan pada kebenaran yang diperjuangkan yaitu “kebenaran akan melahirkan kejujuran”,
3)   Memahami persoalan-persoalan filsafat serta memikirkan jawabannya,
4)   Pemikiran intelektual yang dilakukan secara aktif dari waktu kewaktu,
5)   Sikap keterbukaan diri yaitu “terbebas dari prangka atau pandangan-pandangan yang sempit”,
G.        HUBUNGAAAN ILMU DENGAN FILSAFAT
Seabagi induk ilmu pengetahuan (Mater scientiarun)

Wednesday, May 29, 2013

FILSAFAT BAHASA SIFAT KEBENARAN ILMIAH



1.2       Sifat Kebenaran Ilmiah
Karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dari kebenaran.
Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:
1.      Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Pengetahuan itu berupa:
a)      Pengetahuan biasa atau disebut ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
b)      Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis. Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang penemuan mutakhir.
c)      Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung adalah absolute-intersubjektif.
d)     Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama bersifat dogmatis yang selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.
2.      Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya. Jadi jika membangun pengetahuan melalui indera atau sense experience, maka pembuktiannya harus melalui indera pula.
3.      Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan.
Membangun pengetahuan tergantung dari hubungan antara subjek dan objek, mana yang dominan. Jika subjek yang berperan, maka jenis pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif. Sebaliknya, jika objek yang berperan, maka jenis pengetahuannya mengandung nilai kebenaran yang sifatnya objektif.
Kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Adapun kebenaran dapat berkaitan dengan :

1.      Kualitas Pengetahuan
Artinya bahwa setiap pengetahuan dimiliki seseorang yang mengetahui suatu obyek ditinjau dari pengetahuan yang dibangun. Pengetahuan tersebut berupa :
a.    Pengetahuan biasa yang sifatnya subyektif
b.    Pengetahuan ilmiah yang bersifat relative
c.    Pengetahuan filasafati yang sifatnya absolut-intersubyektif
d.   Pengetahuan agama yang bersifat absolut
2.      Karakteristik cara membangun pengetahuan:
a.    Penginderaan/ sense experience
b.    Akal pikir/ ratio/ intuisi
c.    Keyakinan
3.      Jenis pengetahuan menurut kriteria karakteristik:
a.    Pengetahuan indrawi
b.    Pengetahuan akal budi
c.    Pengetahuan intuitif
d.   Pengetahuan kepercayaan/ pengetahuan otoritatif
e.    Pengetahuan lain-lain
4.      Ketergantungan terjadinya pengetahuan, yang artinya bagaimana hubungan subjek dan objek. Bila yang dominan subjek maka sifatnya subjektif, sebaliknya bila yang dominan objek maka sifatnya objektif.

TEORI-TEORI KEBENARAN FILSAFAT BAHASA



1.      Teori Kebenaran Korespondensasi
Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya.  jika saya mengatakan bahwa Amerika Serikat dibatasi oleh Kanada di sebelah Utara, maka menurut pendekatan ini, pernyataan saya tadi benar, bukan karena ia sesuai dengan pernyataan lain yang sebelumnya telah diberikan orang atau karena kebetulan pernyataan itu berguna, akan tetapi karena pernyataan itu sesuai dengan situasi geografi yang sebenarnya. Inilah, arti dari kata Kebenaran dalam percakapan sehari-hari. Hal ini juga merupakan pandangan yang khas dari seorang ilmuwan yang mengecek idenya dengan berbagai data atau penemuannya dan merasa senang untuk menyerahkan kesimpulannya untuk diuji secara objektif oleh ilmuwan lain.
Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena kebenaran atau kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan itu benar.
Walaupun begitu, penyanggah teori koresponden tidak berpendapat bahwa soal menguji kebenaran pernyataan tidak seterang dan sejelas yang disangka oleh pengikut teori korespondensi. Pertanyaan kritik yang pertama biasanya adalah bagaimana kita dapat membandingkan ide-ide kita dengan realitas? Kita hanya mengetahui pengalaman kita. Bagaimana kita dapat keluar dari pengalaman kita sehingga kita dapat membandingkan ide-ide kita dengan realitas yang ada.
Teori korespondensi nampaknya mempunyai asumsi bahwa data rasa kita adalah jelas dan akurat, bahwa data tersebut menampakkan watak dunia seperti apa adanya. Kelompok idealis dan pragmatis mempersoalkan asumsi tersebut secara serius dan menunjukkan bahwa dalam persepsi, akal cenderung untuk campur tangan dan mengubah pandangan kita tentang dunia. Jika kekuatan persepsi kita berkurang atau bertambah, atau jika kita mempunyai indra lebih  banyak atau sedikit, dunia akan nampak berbeda dari keadaannya sekarang. Oleh karena itu kita tidak dapat mengetahui suatu objek atau suatu kejadian melainkan dengan perantaraan data rasa kita, maka adalah tidak bijaksana untuk mempertanyakan apakah pertimbangan kita sesuai dengan benda seperti yang sesungguhnya ada.
Akhirnya, kita memiliki pengetahuan tentang arti atau definisi, hubungan (relation) dan nilai seperti dalam matematik, logika, dan etika. Sebagian dalam ide yang ingin kita uji kebenarannya tidak mempunyai objek di luar bidang pikiran manusia yang dapat kita pakai untuk mengadakan perbandingan dan pengecekan terhadap korespondensi. Dalam bidang tersebut sedikitnya teori korespondensi tentang kebenaran nampaknya tidak berfungsi, tetapi nyatanya pengetahuan dalam bidang tersebut memiliki derajat ketentuan yang tinggi.
Pendukung teori korespondensi akan menjawab kritik ini dengan menunjukkan bahwa matematika dan logika, tak terdapat tuntutan kebenaran tentang dunia, dan oleh karena itu tak perlu dilakukan ajaran kebenaran kecuali tentang konsistensi.

2.      Teori Kebenaran Koherensi
Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. .
Teori ini menyatakan bahwa  sesuatu yang dinyatakan akan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat koheren bahkan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Suriasumantri (2000:59) bahwa teori koherensi adalah terori yang berlandaskan pada logika deduktif yang menyatakan bahwa suatu pernyataan yang dinyatakan benar jika bersifat koheren dan konsisten.
Teori kebenaran konsistensi atau (Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri).
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu koherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.
Suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki. [Jika kita menerima kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [koheren] dengan pengetahuan yang kita miliki.
Suatu putusan benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevance.
Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya. Dengan kata lain   Kebenaran  saling berhubungan yang sistematik. (kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan).
Teori dapat disimpulkan bahwah kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang lebih dahulu kita akui/ terima/ ketahui kebenarannya. Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya.

3.      Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berkembang di antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatikal seperti Freiderich Schleiemacher.  Para penganut teori ini berpangkal pada keteraturan sintaksis atau gramatikal yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat. Demikian suatu pernyataan bernilai benar apabila pernyataan tersebut mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku. Dengan kata lain apabila sebuah proposisi keluar dari yang disyaratkan maka proposisi tersebut tidak mempunyai arti.
Kebenaran dalam perspektif ini memerlukan sensitifitas kita untuk mengetahui bentuk-bentuk gramatikal dari suatu bahasa. Karena gramatikal inilah yang akan digunakan untuk melakukan penilaian kebenaran sebuah pernyataan.

4.      Teori Kebenaran Simantis
Teori ini dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat Bentrand Rusdell sebagai tokoh pemula dari filsafat analitika bahasa. Menurut teori ini, kebenaran semantik suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Arti ini dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga arti yang dikemukakan itu memiliki arti yang bersifat definitif.
Di dalam teori ini ada sikap yang mengakibatkan diterimanya sebuah proposisi sebagai arti yang esoterik, arbiter, atau hanya mempunyai arti jika dihubungkan dengan nilai praktis. Teori ini dikembangkan oleh Tarski, yang sangat peduli untuk mengatasi paradoks semantik yang membicarakan kebenaran yang muncul dalam hakekat bahasa seperti paradoks pembohong. Ia memegang kebenaran yang hanya bisa didefinisikan secara memadai untuk bahasa yang tidak mengandung kebenaran sendiri-predikat.

5.      Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori kebenaran non deskripsi ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan fungsi pernyataan itu. White (1978) mengambarkan tentang kebenaran sebagaimana dikemukakannya:
Menurut pernyataan di atas, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itulah White (1978) lebih lanjut menjelaskan:

6.      Teori Kebenaran Logik yang Berlebihan
Teori Kebenaran Logik yang berlebihan (Logical-Superfluity Theory of Truth).Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik yang diawali oleh Ayer.
Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. Dengan demikian, sesungguhnya setiap proposisi yang bersifat logik dengan menunjukkan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama, memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat, maka apabila kita membuktikannya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan. Hal yang demikian itu sesungguhnya karena suatu pernyataan yang hendak dibuktikan nilai kebenarannya sesungguhnya telah merupakan fakta atau data yang telah memiliki evidensi, artinya bahwa objek pengetahuan itu sendiri telah menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri (Gallagher, 1984).
Misalnya suatu lingkaran adalah bulat, ini telah memberikan kejelasan dalam pernyataan itu sendiri tidak perlu diterangkan lagi, karena pada dasarnya lingkaran adalah suatu yang terdiri dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu titik tertentu, sehingga berupa garis yang bulat.

By: FKIP UNIM MOJOKERTO