A. Praktik Kemampuan
Berbicara
1.
Berdislog
Berdislog dapat disrtikan
sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang
atau lebih disebut dislog. Fungsi utama berdislog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat,
atau mentndingkan sesuatu masalah.
Dislog dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk seperti bertelepon, bercakap-cakap. tanya jawab, wawancara, diskusi,
musywarah, debat, dan symposium. Dislog dapat terjadi kapan,
di mana, dan tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dislog dapat dilakukan
dengan tema apa saj a, misalnya tema "Pemilu". Ketika musim kampanye tiba, orang-orang merasa tertarik apabila disjak
bercerita tentang capres dan cawapres yang akan
dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa kelebihan jagoarmya, baik
dari pendidikan, agama, perhatiannya
terhadap ekonomi, kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan amanah, bahkan sampai pada wawasannya tentang
bangsa ini.
Dislog dapat dilakukan
dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang bissa terjadi interaksi
dislog, misalnya di rumah, pasar, jalan raya, kantor, sekolah, rumah sakit, dan
tempattempat umum lainnya.
Hal-hal yang perlu mendapat
perhatian ketika berdislog adalah (1) bagaimana seseorang menarik perhatian, (2)
bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagimana menyela, mengoreksi, memperbaiki,
dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan.
Bahasa dalam dislog
bissanya pendek-pendek. Namun demikisn, pembicaraan dapat dipahami sebab disertai
mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan sejenisnya
termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dislog.
2.
Menyampaikan
Pengumuman
Menyampaikan pengumuman
berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan
ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam
membaca pengumuman di antaranya yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang
tepat, dan gaya penampilan yang menarik.
3.
Debat
Proses komunikasi untuk
menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut debat.
Setisp pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu
agar pihak lawan atau peserta enjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
Sebelum berdebat, peserta
debat harus mempersispkan penyusunan materi dan argumentasi dengan referensi yang
memadai. Dalam debat, peminpin berhak menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat
bertanya kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu, peminpin debat harus
menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian panitis menyispkan dua kelompok yang
bersedis memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan. Kelompok A adalah kelompok
yang menyetujui masalah sedangkan kelompok B adalah kelompok yang tidak menyetujui
masalah itu.
Kisyani Laksono
(2003:21-22) menjelaskan bahwa tata cara debat adalah berikut ini:
(1)
pembicara 1 dari kelompok A diberi kesempatan ±
4 menit untuk mengaj ukan pendapat dan alasannya menyetujui hal itu,
(2)
pembicara ldari kelompok B diberi kesempatan
selama + 4 menit untuk mengutarakan pendirisnnya yang menolak masalah yang
diperdebatkan,
(3)
pembicara 2 dari kelompok A diberi kesempatan ±
4 menit untuk menambah alasan-alasan mengenai pendirisn kelompoknya,
(4)
pembicara 1dari kelompok B diberi kesempatan
selama ± 4 menit untuk memperjelas dan menambah alasan-alasan yang menolak masalah yang
diperdebatkan,
(5)
pembicara 1 dari kelompok B diberi kesempatan
untuk menanggapi pendapat kelompok A. Sifat pembicaraannya menangkis apa yang
diutarakan kelompok A. Kelemahan-kelemahan dan alasan kelompok A diserang,
sementara itu pembicara akan lebih menunjukkan alasanalasan yang menolak masalah
yang diperdebatkan. Kelompok penyanggah (B) yang diwakili pembicara ! ini harus
benisaha mempengaruhi khalayak supaya berpihak pada kelompoknya. Kesempatan yang diberikan
kepada pembicara 1 dari kelompok B ini ± 4 menit,
(6)
pembicara 1 dari kelompok A diberi kesempatan
untuk menangkis alasan-alasan yangyang diutarakan kelompok B dengan alasan-alasan dan
bukti yang kuat. Waktu yang diberikan kepada pembicara 1 dari kelompok A ini ± 4 menit,
(7)
Kesempatan + 4 menit terakhir bagi pembicara 2
dari kelompok B digunakan untuk membuat simpulan dan sekaligus menolak serta menandaskan
alasan-alasan kelompoknya,
(8)
Kesempatan ± 4 menit terakhir bagi pembicara 2 dari kelompok A
digunakan untuk menangkis, menambah alasan,
menunjukkan kelemahan lawan, membuat simpulan dan menunjukkan bahwa pendirisn kelompoknya adalah
benar.
4.
Bercerita
Selain itu, manfaat
bercerita di antaranya yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3) memberikan
keteladanan.
Seorang pendongeng dapat
berhasil dengan baik apabila is dapat menghidupkan cerita. Artinya dalam hal ini
pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, bissanya pendongeng
mempersispkan diri dengan cara:
a.
Memahami pendengar (audiens),
b.
Menguasai materi cerita,
c.
Menguasai olah suara,
d.
Menguasai berbagai maacam karakter
e.
Luwes dalam berolah tubuh, dan
f.
Menjaga daya tahan tubuh.
5.
Bermusyawarah
Musyawarah
mengandung arti perundingan yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat.
Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setisp orang
mempunyai kepentinganpribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah
kepentingan orang banyak, setisp orang mengesampingkan kepentingan
pribadi demi kepentingan umum.
Dalam
suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut pimpinan
sidang. Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib pelaksanaan.
Dalam musyawarah bissanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus
dipadukan. Bila tidak maka bissa dismbil voting (suara terbanyak). Itulah hal
yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam
musyawarah selalu ada kesimpulan.
6.
Diskusi
Nio
(dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi islah proses penglibatan dua orang
atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang
sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Sementara itu lagi Brilhart (dalam Haryadi, 1997:68)
menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah dalam
kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk pengertisn, kesepatan,
dan keputusan
bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikisn, dalam sebuah diskusi harus ada
sebuah
masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada diskusi yang
dapat
mengemukakan pendapat secara teratur. Dan kedua batasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih dan
seorang, (2) dilaksanakan dengan bertatap muka, (3) menggunakan bahasa
lisan, (4) bertujuan untuk mendapatkan kesepatan bersama, (5) dilakukan
dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal
yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997: 69) yaitu
sikap koperatif, semangat berintersaksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai
alat berkomunikasi,
dan kemampuan memahami persoalan. Sekain itu pula, ketika proses diskusi berlangsung
hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraisn dengan penuh perhatian, menghilangkan
sikap emosional danpurbasangka, menangkap gagasan utama dan gagasan penjelas serta
mempertimbangkannya.
Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan
berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan
diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan
argumen. Sanggahan yang mencemoohkan, kiranya patut dihindari. Selain itu hasil diskusi itu
harus didasarkan pada objektivitas
dan kemaslahatan bersama. Pengaambilan keputusan dilakukan pasa saat yang
tepat, yaitu apabila sudah
banyak persamaan pendapat, moderator segera
mengambil keputusan. Diskusi akan berlarut-larut apabila moderator
terlambat menyimpulkan hasil.
7.
Pidato
Komunikasi lisan, khususnya
pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu, menghapal, metode naskah, dan
ekstemporan. Selain itu. ketika menyusun pidato perlu diperhatikan:
a.
Pengumpulanbahan;
b.
Garis besar pidato;
c.
Uraisn secara detail.
Pidato yang baik memerlukan
latihan. dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk
mimik. nada bicara, intonasi dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. B issanya
pidato bertujuan untuk mendorong. meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum mengadakan pidato.
hal yang perlu diperhatikan adalah menganalisis pendengar:
a.
Jumlah pendengar;
b.
Tujuan mereka berkumpul;
c.
Adat kebissaan mereka;
d.
Acara lain;
e.
Tempat berpidato;
f.
Usis pendengar;
g.
Tingkat pendidikan pendengar;
h.
Keterikatan hubungan batin dengan pendengar; dan
i.
Bahasa yang bissa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan
baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, karena dapat
menyajikan pesan dengan jelas sehingga memudahkan pemahaman, mempenegas gagasan
pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang lofts. Untuk memperoleh susunan
pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasisn pesan yang baik dan
tersusun.
Untuk mencapai kejelasan
dalam memilih kata-kata tersebut haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1)
Gunakanlah kata yang spesifik, maksudnya
janganlah menggunakan kata-kata yang terlalu urnum artinya, sehingga
mengundang bermacam-macam penafsiran;
2)
Gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya
kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat
3) Hindarilah istilah-istilahteknis, maksudnya
janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dapat dipahami pendengar pada umumnya;
4) berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif;
5) Gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali
gagasan-gagasan yang sama dengan kata- kata yang berbeda, maksudnya
ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memperjelas kembali.
Terakhir, hal yang perlu
diperhatikan yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang
baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya yaitu dengan
cara:
a)
Langsung menyebutkan pokok persoalan;
b)
Melukiskan latar belakang masalah;
c)
Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau
kejadisn yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak;
d)
Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati;
e)
Menghubungkan dengan tempat komunikator
berpidato;
f)
Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah
meliputi khalayak;
g) Menghubungkan dengan kejadisn sejarah yang
terjadi masa lalu;
h) Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar;
i)
Memberikan puj isn kepada khalayak atas prestasi
mereka;
j)
Memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan;
k)
Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan
pertanyaan;
l)
Menyatakan kutipan;
m)
Menceritakan pengalaman pribadi;
n)
Mengisahkan cerita faktual, fiktif, atau situasi
hipotesis;
o)
Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diskui
kebenarannya;
p)
Membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita
tinggal memilih satu di antara cara-cara tersebut di atas sesuai dengan jumlah waktu yang
tersedis, topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu sendiri.
Adapun cara menutup pidato,
sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar
pembicaraan;
b)
Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat
dan kata yang berbeda;
c)
Mendorong khalayak untuk bertindak;
d)
Mengakhiri dengan klimaks;
e)
Mengatakan kutipanal-quran, sajak, peribahasa,
atau ucapan para ahli;
f)
Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari
tema pembicaran;
g)
Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara:
h)
Menguji dan menghargai khalayak, dan membuat
pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup
pidato di atas bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal
ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka
dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas