DEFINISI
KEBENARAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran,
beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain dengan
menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau
secara empiris .Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan
prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar kejadian-kejadian yang ada
di dunia itu dapat dimengerti.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan
tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran . Setiap tingkat pengetahuan
dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Tingkat
pengetahuan yang dianggap lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif
.Sedangkan tingkatan yang dianggap lebih rendah dalam menangkap kebenaran
adalah pengetahuan indera dan naluri karena tidak terstruktur dan pada umumnya
kabur. Oleh sebab itu pengetahuan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang
lebih tinggi.
Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan
dapat dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan, bahkan bukan tidak
mungkin akan mendatangkan keputusasaan .Manusia yang pada dasarnya adalah
makhluk yang selalu bertanya dan selalu merasa ingin tahu pada akhirnya
memutuskan untuk tetap selalu mencari kebenaran, tidak peduli betapa
keputusasaan telah mengepungnya dari berbagai sudut penjuru. Tujuan
akhirnya adalah kebenaran harus ditemukan.
Dan akibat dari keputusasaan itu, pada akhirnya
manusia mulai berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai
definisi-definisi tentang kebenaran.”Inilah kebenaran.
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan
melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan
proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat
ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
ARTI
KEBENARAN
Kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang
diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah
adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana
adanya. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran. Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacu pada
tumbuh dan berkembangnya ilmu filsafat.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh
Purwadarminta), ditemukan arti kebenaran, yaitu :
1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan sesungguhnya).
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh
ada, betul demikian halnya).
3. Kejujuran, ketulusan hati.
4. Selalu izin, perkenanan.
5. Jalan kebetulan.
Sebenarnya, arti secara verbal kebenaran menurut
Aristoteles sudah cukup tepat. Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal
kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya.
Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan
sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek
yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya.
Namun definisi tersebut masih mengandung sesuatu
yang tetap bisa mengundang perdebatan demi perdebatan, karena definisi
kenyataan masih kabur jika pendifinisan kenyataan tersebut juga belum mutlak.
Jadi definisi ini bisa berjalan jika obyeknya telah digariskan definisinya (dalam
konteks ini adalah baik-buruk) untuk diterima secara mutlak oleh subyek.
Artinya subyek dan obyeknya harus mempunyai sumber yang sama.
Kebenaran
Itu Asalnya Hanya Satu Sumber
Kebenaran hanya berasal dari Allah, Tuhan semesta
alam. Jika kebenaran bukan berasal dari sang Kholik yang merupakan sumber dari
kebenaran, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah kebenaran yang palsu dan
menyesatkan.
Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut
telaah dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Kebenaran
Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia
2. Kebenaran
Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala
sesuatu yang ada maupun diadakan
3. Kebenaran
Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata
dan bahasa.
By: Siti Muchlisah
FKIP UNIM
Mojokerto
No comments:
Post a Comment