BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum
Pendidikan agama dan pembinaan keimanan-ketakwaan yang berlangsung di
sekolah-sekolah selama ini masih sarat dengan kelemahan– kelemahan praktik pendidikan
dinilai hanya memperhatikan aspek kognitif. Pertumbuhan kesadaran nilai-nilai
agama belum tersentuh. Selain itu, pembinaan aspek afektif dan konasif-volutif,
yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama juga masih
terabaikan. Ada hal yang sangat menarik dan patut kita cermati dari sebuah
cerita nabi Sulaiman as. Ketika suatu saat beliau ditawari beberapa pilihan
oleh Allah swt untuk dikasih ilmu, harta atau tahta. Namun apa jawabannya?
Beliau lebih memilih ilmu ketimbang yang lain. Dan ternyata setelah ilmu beliau
pilih, harta dan tahta dengan sendirinya Allah swt kasihkan juga pada beliau.
Ini
menggambarkan betapa ilmu adalah suatu hal yang sangat berharga dibandingkan
dengan yang lain. Suatu Negara tidak akan mengalami kemajuan dalam berbagai
segi manakala tidak didukung dengan kualitas manusianya yang berilmu dan
berdedikasi tinggi. Saat ini hal itu dapat kita lihat, bahwa kita tidak bisa
meghindar dari percaturan dunia global yang semakin hari semakin maju dan
canggih. Suatu kejadian yang ada diseberang dunia sana dapat kita saksikan
lewat akses tehnologi yang serba canggih dan mutakhir.
Negara
sebagai lembaga resmi penyelenggara pendidikan tentunya tidak bisa begitu saja
membiarkan apalagi lepas tangan dalam maju mundurnya kualitas pendidikan bangsa
ini. Pemerintah, dalam hal ini Depag seharusnya sejak dini respon dengan
realitas yang ada. Mengapa lembaga sekolah dan pondok pesantren yang bernuansa
agama sejak dulu tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Sehingga mengakibatkan kurang mampunya para lulusan madrasah dan pondok
pesantren merespon gejolak dunia global yang penuh dengan serba system
teknologi mutakhir.
Menurunya kualitas pendidikan Negara
kita juga sangat tidak lepas dari factor mahalnya biaya pendidikan. Bisa kita
bayangkan saja untuk bisa daftar jadi siswa sekolah atau mahasiswa harus
mengeluarkan uang pelican agar namanya bisa terdaftar. Belum lagi nanti setelah
resmi masuk sekolah atau universitas, berapa banyak lagi uang yang harus kita
keluarkan untuk beli buku, diktat, praktikum dan lain-lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan Sisitem Nilai dan moral
Agama ke Dalam Proses Kependidikan?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Nilai Relatif
kebudayaan, Nilai Absolut Agama,Nilai Sekuler, Dan nilai-nilai Humanisme dalam
pendidikan?
1.2.3 Bagaimana cara-Cara Mentransformasikan
dan Menginternalisasikan Nilai-nilai Agama ke Dalam Pribadi Peserta Didik?
1.3
Tujuan Pembahasan
1.3.1 Mengetahui bagaimana penerapan Sisitem
Nilai dan moral Agama ke Dalam Proses Kependidikan
1.3.2 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Nilai
Relatif kebudayaan, Nilai Absolut Agama,Nilai Sekuler, Dan nilai-nilai
Humanisme dalam pendidikan.
1.3.3 Mengetahui cara-cara Mentransformasikan
dan Menginternalisasikan Nilai-nilai Agama ke Dalam Pribadi Peserta Didik
1.4
Manfaat
1.4.1
Umum
Untuk
mengetahui pendidikan agama di Indinesia.
1.4.2 Khusus
1) Mengidentifikasi penerapan pendidikan
agama di Indonesia,
2) Menganalisa penerapan cara-cara mentransformasikan
dan menginternalisasikan nilai-nilai agama ke dalam pribadi peserta didik.
No comments:
Post a Comment