Sunday, October 27, 2013

Bahasa Kawi


Nama              : Halimatus Sa’diyah             Makul                    : Bahasa Jawa Kuno
Nim                 : 5.11.06.13.0.007                             Dosen Pengampu   : Ely Firdaus
Prodi               : Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester         : IV (Pagi)

A.    Pengertian Kakawin
Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam bahasa jawa kuna dengan metrum yang berasal dari India. Biasanya sebuah kakawin dalam metrum tertentu terdiri dari minimal satu bait. Setiap bait kakawin memiliki empat lirik dengan jumlah suku kata yang sama, dan biasanya terdiri dari guru dan laghu. Guru adalah sebuah istilah dari bahasa sansekerta yang artinya suara berat atau suara tinggi, sedangkan laghu adalah suara ringan atau suara pendek.
Didalam metrum kakawin sebuah suku kata yang mengandung vocal panjang (a,i,u,e,o,ai dan au.) disebut sebagai suku kata panjang atau guru.sedangkan suku kata yang menganduung suku kata pendek disebut laghu.
B.     Menurut tokoh masyarakat
Kakawin adalah syair yang dinyanyikan pada saat mengiringi upacara agama baik upacara Dewa yadnya, Pitra yadnya dan Manusa yadnya. Selain itu kakawin juga biasa dinyanyikan pada saat pementasan seni yang dilombakan. Selain pengertian yang diuraikan diatas ada juga pengertian kakawin menurut C.C Berg, dan pengertian kakawin secara morfologis dan secara etimologis.
1.      Menurut C.C Berg
Kakawin jawa kuna ternyata banyak memiliki kesamaan dengan kavya, puisi kesusastraan India dalam bahasa Sansekerta. Kakawin dapat diartikan sebagai puisi jawa kuna yang menggunakan metrum birama “kavya” puisi kesusastraan India.(dalam bukunya yang berjudul: Indleding tet de studia van Oud Javaabsch, 1928)
2.      Secara Morfologis
Kata kakawin dibentuk dari kata dasar kawi dengan mendapat imbuhan berupa konfik (ka-) + (-n). Kata dasar kawi secara leksikal berarti pengarang atau penyair ( Woyowasita, 1973:66 ), konfik (ka-) + (-n) dalam sistem morfologis jawa kuna berarti menyatakkan halnya menjadi seperti yang disebut kata dasarnya atau juga mendukung arti aturan, status seperti disebut kata dasarnya. Jadi kata kakawin berarti halnya menjadi kawi atau penyair.
3.      Secara Etimologis
            Kata kawi berarti pandai, pintar dan pencipta. Kakawin adalah puisi jawa kuna. Arti kakawin berasal dari kata ka=kawi=en yang mempunyai arti penyair. Kakawin sendiri dapat diartikan sebagai syair. Kitab yang membeberkan tentang kakawin dikenal dengan sebutan wrettasancaya. Kitab wrettasancaya ini diterbitkan oleh H. Kern pada tahun 1875 dengan huruf jawa beserta pertalannya dalam bahasa Belanda. Kitab ini juga diterbitkan kembali dengan huruf latin yang telah dimuat dalam Verspreide Geschriften, jilid IX, hal 67.
4.      Ada juga pengertian kakawin menurut Pembina Sekaa Santhi di Desa saya.
            Kakawin adalah puisi bali klasik yang berdasarkan puisi dari bahasa jawa kuna. Kakawin biasanya diikat oleh aturan guru dan laghu. Guru adalah suku kata panjang atau berat dan laghu adalah suku kata pendek atau ringan. Di dalam kakawin biasanya terdapat bagian-bagian yang disebut:
a.       Pengawit
b.      Penampi
c.       Pengumbang
d.      Pemalet kakawin
C.    Ciri-ciri kakawin
            Adapun cirri-ciri dari kakawin yaitu:
1.      Satu bait terdiri dari 4 baris
2.      Jumlah suku kata tiap baris sama
3.      Tiap-tiap bait terdiri dari guru dan laghu 
D.    Manfaat dari Kakawin
1.      Dapat memberikan inspirasi bagi pembaca dan pendengar sesuai dengan tema atau alur cerita dari sebuah kakawin.
2.      Pembaca biasanya menghayati isi dari kakawin yang dibacakan,sehingga pendengar dapat memahami maksud dari kakawin yang dibacakan.
3.      Pembaca dan pendengar biasanya terbawa suasana dari sebuah kakawin,baik itu suasana sedih,senang,dan marah.
Selain uraian diatas, kakawin juga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari bagi pembaca dan pendengar yang bergelut atau yang bergabung didalam suatu kelompok yang disebut Sekaa Santhi khususnya di Bali.
E.     Hasil Karya Satra jawa Kuno dalam bentuk Kakawin :
1.      Ramayana Kunjarakarna , berbentuk Kakawin Prosa / Kakawin yang menceritakan tentang Cerita Rama dan Sinta Kunjarakarna diruwat. Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Arjuna Bertapa di Indrakila
2.      Kresnayana karya Mpu Triguna berbentuk Kakawin,yang menceritakan tentang Perkawinan Kresna dan Rukmi.
3.      Sumanasantaka karya Mpu Manoguna ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang lahirnya Dasarata.
4.      Smaradana karya Mpu Dharmaja ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Kamajaya dan Ratih menjelma
5.      Bhomakawya karya Mpu dharmaja , berbentuk Kakawin menceritakan tentang meninggalnya Boma
6.      Bharatayuda Karya Mpu Panulu , Berbentuk Kakawin yang menceriakan tentang Perang keturunan Barata
7.      Hariwangsa karya Mpu Panuluh ,berbentuk Kakawin yang menceritakan Perkawinan
8.      Kresna dan Rukmini
9.      Gatotkacaraya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Perkawinan Abhimayu dengan Siti Sundari Wrtasancaya karya Mpu Tanakung ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Pengetahuan Kakawin
10.  Lubdhaka karya Mpu Tanakung ,berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Pemburu bisa naik surga
11.  Brahmandapurana berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Agama siwa
12.  Kunjarakarna berbentuk Kakawin menceritakan tentang Cerita kunjarakarna diruwat
13.  Nagarakrtagama berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Cerita raja Majapahit
14.  Arjunawijaya karya Mpu Tantular yang menceritakan Kakawin Arjunasahasra melawan Dasamuka
15.  Sutasoma karya Mpu Tantular berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Cerita Sutasoma Parthayajna berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Arjuna hendak bertapa Nitisastra berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Ilmu Kesempurnaan
16.  Dharmasunya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Mistik
17.  Harisraya berbentuk Kakawin yang menceritakan tentang Wisnu membantu dewa Indra

F.     Kakawin Ramayana
Kakawin Ramayana adalah kakawin syair yang berisi cerita Ramayna. Di tulis dalam bentuk tembang berbahasa jawa kuno. Kakawin juga dapat diartikan puisi jawa kuno. Arti kakawin itu berasal dari kata ka + kawi ten yang mempunyai arti penyair. Kakawin sendiri dapat di artikan sebagai syair dan di buat di mataram Hindu pada masa pemerintahan Dyah Balitung sekitar tahun 820-8-23 saka atau sekitar tahun 810 masehi. Kitab yang juga dapat membedakan tentang kekawin di kenal dengan sebutan Wrettasancaya. Kitab Wrettasancaya ini di terbitkan oleh H kern pada tahun 1875 dengan huruf jawa beserta perjalanannya dengan bahasa jawa belanda. Kitab ini juga di terbitkan dengan huruf latin yang telah dibuat dalam Verspreide Gaschriften.

1.      Asal – Usul Kakawin Ramayana
Kakawin Ramayana adalah kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bentuk tembang berbahasa Jawa Kuna, diduga dibuat di Mataram Hindu pada masa pemerinthan Dyah Balitung sekitar tahun 820-832 Saka atau sekitar tahun 870 M.
Menurut tradisi Bali, Kakawin Ramayana ini dipercaya ditulis oleh seorang bernama Yogiswara. Hal ini ditolak oleh Prof. Dr. R.M.Ng. Purbatjaraka. Menurutnya, Yogiswara memang tercantum pada baris terakhir Ramayana versi Jawa ini, tetapi hal itu bukan merupakan identitas penuli.
Syair dalam bentuk kakawin ini adalah salah satu dari banyak versi mengenai kisah sang Rama dan Sita, wiracarita agung yang versi awalnya digubah di India oleh Walmiki dalam bahasa Sanskerta. Beberapa peneliti mengungkapkan, bahwa Kakawin Ramayana versi Jawa ini ternyata tidak sepenuhnya mengacu langsung kepada Ramayana versi Walmiki, akan tetapi mengacu ini merupakan transformasi dari kitab Rawanawadha yang ditulis oleh pujangga India kuno bernama Bhattikawya. Hal ini disimpulkan oleh Manomohan Ghosh, seorang peneliti sastra dari India yang menemukan beberapa bait Ramayana Jawa yang sama dengan bait bait dalam Rawanawadha.
Dari segi alur cerita, Kekawin Ramayana juga memiliki perbedaan dengan Ramayana Walmiki. Pada akhir cerita, sekembalinya Rama dan Sita ke Ayodya, mereka berpisah kembali, jadi Rama dna Sita tidak hidup bersama, demikian versi Walmiki. Sedang dalam versi Jawa, Rama dan Sita hidup bersama di Ayodya.
2.      Bentuk Kakawin
Secara leksikal kata guru yang berasal dari bahasa sansekerta berarti berat dan kata laghu berarti ringn . Zoet mulder <1983> : menjelaskan kata guru berarti panjang atau suku kata panjang (lon sillable) sedang laghu berarti pendek, baik untuk bunyi vokal maupn untuk suku kata.
Dengan demikian, dapat di jelaskan guru berarti suara panjang , berat dengan alunan panjang sedang laghu berarti suara pendek , ringan, dan dengan alunan pendek.
Contoh Bait
Jadi misalkan metrum kakawin yang bernama Sardulawikridita terdiri dari 19 suku kata. Lalu 19 suku ata ini guru laghunya adalah sebagai berikut ---|UU-|U-U|UU-|--U|--U|U. Satu garis – artinya ialah suku kata panjang, sementara satu U artinya ialah suku kata pendek. Sedangkan | hanyalah pembatas saja setiap tiga suku kata dan tidak memiliki arti khusus. alam metrum kakawin sebuah suku kata yang mengandung vokal panjang (ā,ī,ū,ő,e,o,ai, dan au) otomatis disebut sebagai suku kata panjang atau sebagai guru (=berat) sedangkan sebuah suku kata yang mengandung vokal pendek disebut sebagai suku kata pendek atau laghu (=ringan). Namun sebuah vokal pendek apabila diikuti dengan dua konsonan, maka suku kata yang di sandangnya akan menjadi panjang. Lalu suku kata terakhir merupakan anceps (sebuah istilah bahasa latin) yang artinya ialah bahwa ia bisa sekaligus panjang maupun pendek.
Sastra jawa di awal timbulnya tampak sekali dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu di India, sebab selama lebih sepuluh abad, sekurang kurangnya dari abad 5 sampai dengan abad 15, “Indonesia termasuk dalam Indianzed States”, yakni negara negara yang terpengaruh peradaban dan Agama dari India.
Pengaruh India tersebut tampak pada hasil kesusastraan jawa yang meliputi karya abad 8 sampai dengan abad 15.,atau yang meliputi masa semenjak pemerintahan Raja Sindok tahun ± 930, sampai jatuhnya Kediri ( 1222 ) dan jaman Singosari – Majapahit ( abad 13 – akhir abad 15 ).
Ciri ciri yang nampak bahwa adanya pengaruh Sastra India tersebut , antara lain :
1.      Karya Sastra Jawa Kuno ditulis dengan ,menggunakan bahasa Sansekerta.
2.      Didalam karya karya sastra jawa Kuno itu tercermin paham agama hindu dan Budha.
3.      Pola cerita dalam karya Sastra Jawa Kuno, bersumber dari cerita cerita India ( terutama bersumber pada Ramayana dan Mahabarata. )
4.      Jenis sastra yang mula mula berkembang tampak mempunyai pola konvensi Sastra Sansekerta, yaitu berpedoman pada metrum karya india.
Karya sastra india yang biasanya dipakai sumber dalam penulisan cerita dalam sastra Jawa Kuno adalah :
1. Mahabarta atau Astadasaparwa karangan Wyasu ( Byosa )
2. Rawamavadha karangan Bhaktikavya
3. Panca Tantular
4. Hariwangsa
5. Rangkuwangsa karangan Kalidasa dan sebagainya.



Biasanya karya karya sastra diatas digubah menjadi kakawin atau prosa.
Contoh :
1.      Mahabarata yang asal mulanya berupa sloka digubah menjadi prosa yang pada karya aslinya terdiri dari 18 parwa, yang dapat ditemui dalam versi Jawa Kuno hanya 9 parwa saja yaitu : Adiparwa, sobhaparwa, Wirataparwa , Bhimaparwa , Astramawasaparwa, Mosalaparwa, Prostanikaparwa dan Swarga Robanaparwa.
2.      Ravanavadha, sebagian besar digubah menjadi Ramayana kakawin
3.      Pancatantra, biasanya dipakai sebagai seumber penulisan , Tantri kamandaka, yang isinya tentang ceita / dongeng hewan.
4.      Raghuwangsa , karangan pujangga Kalidosa, juga diambil sebagai sumber cerita Sumana samatika kakawin.
Kakawin Ramayana I.3

“Gunamanta Sang Dasaratha
Wruh Sira Ring Weda
Bhakti ring Dewa Tarmalupeng Pitra
Puja Masih Ta Sireng Swagotra kabeh “
Artinya :
Sangat bijaksanalah beliau Sang Dasaratha
Beliau tahu tentang pengetahuan suci Weda
Bhakti kepada para Dewa, dan tidak pernah lupa pemujaan terhadap leluhur
Demikian pula kasih sayang sesama mahluk dan keluarganya.
      
Seorang pemimpin mempunyai peranan penting dalam suatu bangsa dan negara. Ibarat sebuah pesawat pemimpin adalah pilot. Pilot  membawa para penumpang ke tempat tujuan, demikian pula seorang pemimpin membawa bangsa dan negaranya untuk mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Oleh karena itu hendaknya seorang pemimpin berlaku bijaksana dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, termasuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Dengan kebijaksanaan inilah pemimpin mampu menjadi sosok yang disegani masyarakat. Salah satu modal dasar yang dibutuhkan agar dapat berlaku bijaksana adalah pengetahuan suci Veda. Dengan mengetahui pengetahuan suci Veda, seseorang akan mendapat arahan untuk menjalani hidup ini dengan sebaik mungkin, dengan berlandaskan dharma. Demikian pula seorang pemimpin, Veda juga mengajarkan ilmu tentang kepemimpinan yaitu Nitisastra. Ilmu pengetahuan Veda menjadi modal awal untuk membentuk pribadi yang bijaksana, karena kebijaksanaan seorang pemimpin dapat diukur dari sejauh mana pengetahuan tentangdharma yang mereka pahami dan diterapkan dalam kehidupan sehingga memberikan manfaat bagi rakyatnya.
         Menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana tentunya tidak hanya timbul dari diri sendiri, tetapi ada peran serta orang-orang yang lebih dahulu dari kita (leluhur) dan juga Tuhan YME. Maka penghormatan kepada leluhur dan Tuhan YME wajib dilaksanakan sebagai wujud terimakasih dan bhakti kepada beliau. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan Deva Yajna yaitu persembahan yang suci dan tulus ikhlas kepada para Deva dan juga Pitra Yajna yaitu persembahan suci dan tulus ikhlas kepada para leluhur.
          Selain menghormati dan berbhakti kepada Deva dan leluhur, pemimpin juga harus menghormati dan menyayangi masyarakat atau rakyatnya serta keluarganya. Menyayangi masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang baik, mewujudkan aspirasi masyarakat yang sifatnya membangun dan juga memberikan keamanan serta kenyamanan dalam bermasyarakat. Didalam Hindu kita mengenal Tat Tvam Asi yang berarti aku adalah kamu, kamu adalah aku, kita sebenarnya adalah sama. Menyayangi sesama makluk didunia ini menjadi salah satu sifat yang patut dimiliki oleh seorang pemimpin. Terutama pemimpin Hindu yang mengerti konsep Tat Tvam Asi ini.
          Seorang pemimpin hendaknya melakukan Dharma Negara dan Dharma Agama secara berdampingan, sehingga pemimpin dapat dijadikan sebagai panutan dan tempat berlindung bagi masyarakatnya. Hakekat Dharma Agama adalah memberikan kekuatan pengetahuan spiritual bagi pelasksanaan Dharma Negara. Teguh dalam melaksanakan Dharma Agama akan mendorong untuk melaksanakan Dharma Negara yang baik dan benar. Demikian pula sebaliknya dengan melakukan Dharma Negara yang baik dan benar akan semakin menguatkan spiritual atau Dharma Agama. Oleh karena itu Dharma Negara dan Dharma Agama harus dilaksanakan secara seimbang.
Pupuh 01
← 01 →
Sang diramriha yuda ring rana tapa brata makalaga wira sadripu, Lagyabyuha samadi tatwa guna wahananira karunadi dharana, Samudra dwaja singhanada japa mantrawara danu acintya bhawana, Bodhijnana sarotamangilangaken ripu makapala dharma sunyata.
← 02 →
Saksat murti bhatara sakyamuni marawijaya sira sang samangkana, Manggeh manggala ning mango pranata baktya sikara ri lebu ni jongnira, Stutyangken pratima pratista ginelar makuta widi winijan aksara, Inyang ni ngwang amoga tan saha sake padanira mara janma ning hulun.
← 03 →
Lawan dening angarcane pada bhatara sugata pinakesti dewata, Nirwigna ngwang amarna marna miketa ng carita nira n adharma desana, Angken camani yanira kasakena kastawanira pinawitra ring jagat, Panggil rakwe wenang pangahwata ri janma ning ajar ajar angregep lango.
← 04 →
Ndan sambodana ning hulun ri sira sang kawi nipuna pinandeleng lango, Ndatan kojara salpakangidan idan ngwang angiketa kata palambanga, Tan sangke wihikan tuhu          n mangiringeng gati para kawi matra ring lango, Tan samwas pwaku rasa ng awruh apa tan kawiku mapi durung wruh ing krama.
← 05 →
Sotan ta ngwang apunggung ngatpada mango patitut I dang akirti bhasita, Tonen lwirnya irim irim ya masaroruha ring apa ya sadya tunjunga, Mangka teki aturnya tan sasiringeng para kawi samaniwya ning lango, Nging teki inantusariwa riwangiketa carita de kawiswara.
← 06 →
Wanten kunjarakarna teki pangaranya carita ya ta dadya padika, Ndan wyartenapus ing kadi ngwan adusun wipala kadi mahapupu areng, Simbanten maka away ning carita mangkin amuwuhi paninda ning para, Wyaktinyamuhare kilasyakarananging apura niki de mahajana.
← 07 →
Sri wairocana purwa ning carita kalanira pinarek ing watek sura, Ngkaneng bodhi wihara nirmala samangkana ta sira n adharma desana, Aksobyadi sa bodhisatwa pariwara marek I sira baktya mursita, Mwang sakweh para bajrapani suranata yama baruna len danadipa.

No comments:

Post a Comment