Sunday, October 27, 2013

makalah struktur batin puisi


MAKALAH
STRUKTUR BATIN PUISI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pengampu        : Syamsun, M.A.



Oleh
Irna Ardiana
NIM : 5.11.06.13.0.008



PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2012








BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah. Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua lapisan masyarakat karena keindahan dan keunikannya. Oleh karena kemajuan masyarakat dari masa kemasa selalu meningkat, maka corak, sifat dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat.
Puisi diciptakan dan ditulis diperdengarkan, agar keindahannya dapat dinikmati khalayak ramai. Pembacaan puisi atau “Poetry reading” mulai akrab dengan masyarakat dunia sejak tahun 1800. Definisi paling populer tentang puisi oleh S. T. Coleridge bahwa puisi atau poetry: “ The Best Words in the best order” Puisi adalah kata – kata terindah dalam susunan yang terindah, sebelum membaca puisi kita harus terlebih dahulu memahami beberapa istilah atau hal-hal yang berkaitan dengan puisi itu sendiri, sehingga pembacaan puisi dapat semaksimal mungkin. Setiap puisi selalu terdiri dari organisme yang kompleks, yang terdiri dari beberapa unsur yang saling bergantung dan isi – mengisi.
Oleh karena itu puisi adalah kata – kata yang disusun dalam bentuk tertentu dan dikomunikasikan dalam bahasa yang amat khas maka pembaca puisi harus memperhatikan arti yang diberikan oleh kalimat atau oleh bentuk baris. Pembaca puisi perlu selalu mengadakan kompromi antara arti dan bentuk. Puisi akan terdengar indah dan bermakna apabila dibacakan dengan penuh penghayatan sesuai dengan musikalitas dan hakikatnya sehingga dapat menyejukkan hati, pikiran, dan perasaan kita.


1.2         Rumusan Masalah
1.2.1   Mencakup apa  sajakah struktur batin puisi itu?
1.2.2   Apa pengertian dan bagaimana cara mencari tema dari puisi?
1.2.3   Apa pengertian perasaan(feeling) dari puisi?
1.2.4   Apa pengertian nada dari puisi?
1.2.5   Apa pengertian amanat dari puisi?

1.3         Tujuan Pembahasan
1.3.1   Untuk mendeskripsikan apa saja struktur batin puisi.
1.3.2   Untuk mendeskripsikan tema dari puisi.
1.3.3   Untuk mendeskripsikan perasaan(feeling)  dari puisi.
1.3.4   Untuk mendeskripsikap nada dari puisi.
1.3.5   Untuk mendeskripsikan amanat dari puisi.




















BAB II
 PEMBAHASAN

2.1         Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan  penyair. Menurut Richard struktur batin puisi merupakan hakikat puisi. Ada empat macam unsur hakikat puisi, yaitu : tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur tersebut menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.

2.1.1   Tema
Tema atau makna (sense), media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait maupun makna keseluruhan. Tema merupakan pokok pikiran (subject matter) yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama dalam pengucapannya. Jika desakan itu berupa hubungan penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah doronganuntuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial.
Cara menentukan tema adalah Penentuan tema dalam puisi dilakukan dengan cara menyarikan atau merumuskan keseluruhan larik puisi. Setelah itu, mencari bukti-bukti yang mendukung atas tema yang sudah ditentukan berupa baris-baris tertentu yang selaras dengan tema. Bukti tersebut diharapkan dapat meyakinkan pembaca, bahwa tema yang kita tentukan tersebut benar adanya.

A.    Tema Ketuhanan
Puisi-puisi dengan ketuhanan biasanya akan menunjukkan pengalaman religi (religious experience) penyair. Pengalaman religi didasarkan atas tingkat kedalaman pengalaman ketuhanan seseorang. Banyak puisi yang menunjukkan pengalaman religi yang cukupdalam meskipun tidak menunjukkan identitas agama tertentu dalam suasana demikian, penyair berbicara mewakili semua manusia mengatasi perbedaan agama, suku bangsa, atau warna kulit. Memang puisi bersifat universal. Pengalaman religi penyair didasarkan atas pengalama hidup secara konkret. Bahkan kedalaman rasa ketuhanan Amir Hamzah dalam puisinya yang berjudul “Doa” tidak dari bentuk fisik yang terlahir dalam pemilihan kata, ungkapan, lambing, kiasan dan sebagainya yang menunjukkan betapa erat hubungan antara penyair dengan tuhan. Betapa sungguh penyair menyerahkan diri secara total, dapat dirasakan secara nyata dalam puisinya.
Contoh puisi bertema Ketuhanan
KEBESARAN-MU
(oleh Andre)
Dimana matahari terang benderang
Biji-bijian dan tumbuhan penghias
Kebun-kebun yang subur lebat
Air hujan yang di curahkan
Itulah anugrahmu .
Diman siang pencari nafkah
Dan malam sebagai beristirahat
Kau begitu adil.
Digelapkan-Nya waktu malam
Diterangkan-Nya waktu siang
Sesungguhnya itu kuasa mu

B.       Tema Kemanusiaan
Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memilikimartabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan terhadap kemanusiaan seseorang, para penyair memiliki kepekaan perasaan yang begitu dalam untuk memperjuangkan tema kemanusian. Dalam puisi “ Gadis Peminta-minta yang disebut pada gadis kecil yang berkaleng kecil.
Jika kebanyakan pembaca menganggap bahwa pengemis kecil yang minta-minta dipinggir jalan sebagai sampah masyarakat, sebagai manusia yang tidak berharga, penyair mengatakan dengan tegas bahwa martabat kemanusiaan gadis peminta minta itu sama derajatnya dengan martabat manusia semua orang.
Renda mengatakan dalam puisinya, membela martabat kemanusiaan bagi orang-orang tersingkir seperti perampok, pelacur, pembunuh, wanita yang kesepian, orang gila dan sebagainya. Rasa kemanusiaan juga dapat menunjukkan tema cinta, belas kasih, nasihat ayah kepada anaknya, penghormatan murid kepada gurunya. Perjuangan hak asasi manusia.
Contoh puisi bertema Kemanusiaan
Jeritan di Tanah Gersang
(oleh Ratna W.)
Terik matahari menyengat perih
Debu-debu menempel risih
Tanah retak, rumput kering merintih
Di bagian ujung bumi ini.....
Bermimpi hujan turun kembali
Atau sekadar embun di pagi hari
            Disana...ditempat yang jauh dari kemilau dunia
            Disaat yang lain berharap nikmat
            Disaat kita berselimut hangat
            Di kala itu dia sekarat
            Di hari itu dia berteriak serak
            Berharap iba pada dunia yang congkak
            Hingga tanpa daya lemah tergeletak...
Wahai dunia........
Tidakkah kau dengar jerit tangisnya?
Tidakkah kau lihat nanar matanya?
Tidakkah kau rasa perih hidupnya?
                      Dia tak ingin istana menyala
                      Mereka tak minta kemilau emas di raga
                      Hanya setitik cinta dari sang penguasa
                      Atau seteguk air di bejana
                      Tak sanggupkah kita?

C.      Tema Kebangsaan atau Patriotisme
Tema patriotisme dapat meningkatkan perasaan cinta terhadap bangsa  dan tanah air. Tema patriotism juga dapat diwujudkan dalam bentuk usaha penyair untuk membina kesatuan bangsa atau membina rasa kenasionalan.
Contoh puisi bertema Kebangsaan :
BENDERA
(oleh Zaneta)
Bendera itu milik siapa ?
dua warna yang begitu saja menyatu oleh sejarah
dua warna berdamping mencuatkan keberanian dan kesucian hati
apalagi yang terhebat selain itu

sempat warna biru mengganggu
pongah mengangkasa
kami tak rela ... tersobeklah pada akhirnya
walau banyak jiwa melayang karenanya
dan memang terbukti benar
keberanian dan kesucian hati
apalagi yang terhebat selain itu

Pulau-pulau kami berserak
laut-laut kami menggulung berarak
waktu menguji dengan asap hitam menoda diantaranya
namun angka 17 bulan Agustus tetap menjadi keramat
ketika semua angkara terungkap
dan bendera itu khidmat menuju puncak

D.      Tema Kedaulatan Rakyat
Tema kedaulatan rakyat dan tema keadilan social biasanya didapat pada puisi protes. Dalam puisi yang bertema kedaulatan rakyat yang kuat adalah protes terhadap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa yang tidak mendengarkan jerita rakyat atau dapat juga berupa kritik terhadap sikap otoriter penguasa. Sedangkan dalam puisi yang bertema keadilan social yang ditonjolkan adalah kepincangan social. Penyair berharap agar orang yang berkuasa memikirkan nasib si miskin. Dan diharapkan juga agar kita semua tidak hanya mengejar keyakinan pribadi, namun juga mengusahakan kesejahteraan bersama.
Contoh puisi bertema Kedaulatan Rakyat

KABAR ANGIN HARI INI
Oleh : Sri Wintala Achmad
Angin menerobos lewat celah jendela
Mengabarkan: kuntum mawar tanggal dari tangkai
Sebelum kekupu mencecap sari madunya
Siapa yang menangis di balik jendela?
Bukan mawar bukan kekupu, kata angin
Tapi seorang gadis yang memberhalakan cinta
Angin kembali menerobos lewat celah jendela
Mengabarkan: mawar baru telah mekar bagi kekupu
Sayang! Gadis itu telah murtad dari agama cinta

E.       Tema Keadilan Sosial
Nada protes social sebenarnya lebih banyak menyuarakan tema keadialn social daripada tema kedaulatan rakyat. Puisi-puisi deonstrasi pada hakekatnya adalah puisi yang lebih banyak menyuarakan keadilan social. Banyak tema lain yang dapat dikemukakan penyair. Perlu diketahui bahwa tema yang memiliki tingkat tinggi adalah tema ketuhanan atau religious karena dengan tema yang demikian penyair mengajak para pembaca merenungkan kekuasaan tuhan. Dengan demikian manusia akan lebih menyadari keterbatasannya dan manusia berusaha menjadi lebih baik dan dekat dengan tuhan.


2.1.2   Rasa (feeling)
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair juga diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang social dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas social, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Untuk mengungkapkan, tema yang sama perasaan penyair yang satu dengan perasaan penyair yang lain berbeda dalam hasil puisi yang diciptakan.perbedaan sikap penyair menyebabkan perbedaan sikap penyair dalam menghadapi objek tertentu sikap simpati dan antipasti, rasa senang dan tidak senang dan tidak senang rindu, setia kawan dan sebagainya terdapat atau dijumpai dalam puisi-puisi. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

2.1.3   Nada (Tone)
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, misalnya: menggurui, mengejek, menyindir, menguntai, bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatau terhadap pembaca. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk menyeleseikan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, denagn nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. Pada hakikatnya, objek inti yang dibicarakan dalam puisi itulah tema puisi.
Dalam mengembangkan tema menjadi sebuah puisi, penyair memiliki sikap sikap tertentu terhadap tema itu. Adakalanya penyair menyikapinya dengan penuh kesungguhan, kecintaan, kegairahan, optimisme, kadang-kadang sebaliknya dengan rasa pesimistis, penuh kegetiran, sikap masa bodoh. Adakalanya juga dengan sikap penuh keluguan, naif/kekanak-kanakan, cengeng atau pragmatis/praktis.
Bagaimana atau seperti apa puisi yang berhasil ditulisnya sangatlah ditentukan oleh sikap seorang penyair terhadap pembaca. Jika penyair bersikap menggurui pembaca, puisinya akan penuh dengan nasihat-nasihat lugas. Penyair yang menyikapi pembaca sebagai sosok yang cerdas dan apresiatif mendorong seorang penulis untuk menulis puisi dengan bahasa figuratif dan simbol-simbol yang kaya nuansa.

2.1.4   Amanat (intention)
Amanat atau tujuan/maksud (intention), sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Arti karya sastra bersifat lugas objektif dan khusus. Sedangkan makna karya sastra yang bersifat kias, subjektif dan umum. Amanat atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.

Contoh apresiasi puisi :
                               MATA PISAU
                     (Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau ini tak berkejap menatapmu
Kau yang baru saja mengasahnya
Berpikir ia tajam untuk mengiris apel
Yang tersedia diatas meja
Sehabis makan malam
Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
Tahap I       : Membaca puisi di atas berulang kali
Tahap II      : Melakukan pemenggalan
                               MATA PISAU
                            (Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau ini / tak berkejap menatapmu//
Kau yang baru saja mengasahnya /
Berpikir // ia tajam untuk mengiris apel /
Yang tersedia diatas meja /
Sehabis makan malam//
Ia berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //

Tahap III    : Melakukan paraphrase
                             MATA PISAU
                            (Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau / ini tak berkejap menatapmu //
(sehingga) Kau yang baru saja mengasahnya /
Berpikir // (bahwa) ia (pisau itu) tajam untuk mengiris apel /
Yang (sudah) tersedia diatas meja /
(Hal) (itu) (akan) (kau) (lakukan) sehabis makan malam //
Ia (pisau itu) berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //

Tahap IV    : Menentukan makna konotatif kata/ kalimat
Pisau : sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif,bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatau yang buruk jahat dan mengerikan.
Apel : sesuatu baik dan bermanfaat.
Terbayang olehnya urat lehermu : sesuatu yang mengerikan.

Tahap V      : Menceritakan kembali isi puisi
Berdasarkan hasil analisis tahap I – IV di atas, maka puisi dapat disimpulkan sebagai berikut :
Seseorang terobsesi oleh kilauan mata pisau. Ia akan bermaksud akan menggunakanya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana,tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau ini dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu positif (contohnyan mengiris apael), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negative dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).

Contoh Apresiasi Puisi 2 :
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Aryati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali tiba di ujung dan sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa berdekap
(Chairil Anwar,1946)

1)      Tema : Bertema tentang kedukaan karena kegagalan cinta atau cinta yang gagal sehingga menimbulkan kedukaan.
Jika kita uraikan bait demi bait, maka struktur tematik/struktur intaksis sebagai berikut:
Bait I
Penyair merasakan kehampaan hati karena cintanya yang hilang. Kenangan cinta sangat memukul hatinya sehingga hatinya mati setelah orang yang di cintainya pergi seperti kapal yang tidak berlaut hidupnya tiada berarti.

Bait II
Duka hati penyair menambah kelemahan jiwa karna sepi, kelam, sehingga kelepak elang dapat didengar. Harapan bertemu dengan kekasihnya timbul tenggelam tetapi harus dilupakan karena cintanya tinggal bertepuk sebelah tangan dan menimbulkan kelukaan yang dalam.

Bait III
Setelah mendengar Sri Ayati bahwa ia telah membunyai seorang suami hingga harapannya di pertegas dengan “sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan”. Ratap tangis menggema sampai pantai keempat.

2)      Nada : Penyair menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam, karena lukanya benar-benar sangat dalam.
3)      Perasaan : Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi merasakan kesedihan, kedukaan, kesepian, dan kesendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Bahkan sedu tangisnya menggumandang sampai ke pantai keempat karena kegagalan cintanya. Harapan untuk mendapatkan perempuan pujaannya diumpamakan sebagai ”pelabuhan cinta”.
4)      Amanat : Penyair inggin mengungkapkan kegagalan cintanya yang menyebabkan seseorang seolah-olah kehilangan segala-galanya. Cinta yang sungguh-sungguh akan menyebabkan seseorang menghayati apa arti kegagalan secara total.




BAB III
PENUTUP


3.1         Simpulan
Struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan oleh penyair melalui karya yang dihasilkannya. Struktur batin mencakup tema,perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur itu menyatu dalam dalam wujud penyampaian bahasa penyair. tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Nada adalah Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi, sedangkan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan puisi terhadap perasaan pembaca disebut suasana. Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.


3.2         Saran
v  Puisi adalah karya yang didalamnya mempunyai suatu  pesan yang disampaikan penyair melalui karyanya, mulai dari pesan moral, kehidupan, dan keagamaan.  Oleh karena itu jadikanlah puisi sebagai bacaan sehari-hari karena itu adalah suatu bentuk apresiasi agar para penyair selalu bisa menciptakan karya-karya yang berkualitas.
v  Apapun isi yang terkandung dalam sebuah puisi sangatlah berguna bagi para pembaca. Meskipun dengan berbagai tema kesediahan ataupun kegembiraan dan lainnya. Jadi marilah kita kembangkan karya sastra yang salah satunya berupa puisi ini.








DAFTAR  PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Pengantar Aspresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo

http//:www.apresiasi_puisi.com



No comments:

Post a Comment