RELIGIUSITAS DALAM NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID
PRASETIYO: TINJAUAN STRUKTURAL
SKRIPSI
OLEH
CHOIRUN NISA’
NIM 5.11.06.13.0.002
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2013
99
Hari di Prancis
Maria,
seorang gadis Indonesia yang berasal dari desa yang miskin. Ia hanya lulusan
SMA, orang tuanya sudah tua, dan sawah-sawah pun sudah habis dijual untuk
membiayai sekolahnya. Yang tersisa hanyalah pekarangan di belakang rumah yang
tandus. Hingga suatu saat Maria termakan tipu daya Jafar, tetangganya, untuk
bekerja di Paris.
Waktu
berlalu begitu cepat tanpa bisa dicegah. Tahu-tahu tubuh mungilnya sudah
mengapung diatas awan dan dibawa ke sebuah tempat yang sangat jauh dari tanah
air. Di bandara Paris, Charles de Gaulle, seorang laki-laki membawa tulisan
“MARIA” telah menantinya. Lelaki itu memperkenalkan diri. Dia bernama Robert,
teman baik Jafar.
Dari
bandara, Maria dibawa Robert menggunakan Taksi hitam menyusuri keindahan kota
Paris yang sungguh sempurna. Walaupun Prancis tergolong sebagai negara kafir,
tetapi mereka mampu mengelola sumber daya alamnya dengan baik. Robert nerocos
mengenalkan kota Paris dengan menggunakan bahasa Inggris. Hingga akhirnya
pembicaraan mereka berhenti disebuah flat lantai dua yang jaraknya sangat dekat
dengan Menara Eiffel.
Di
tempat inilah Maria akan menginap. Robert mengantarkan Maria ke sebuah kamar
yang indah dengan jendela besar yang hampir keseluruhannya terbuat dari kaca.
Gorden panjang berkibar-kibar saat ia membukanya. Di depannya terhampar kasur springbed
nan empuk. Perasaannya menjadi ganjil, hatinya tak menentu. Orang desa
sepertinya bisa tinggal di tempat yang seperti itu, entah pekerjaan apa yang
sudah menantinya. Semudah itukah mendapatkan pekerjaan di kota metropolitan
seperti Paris?
Sore
hari Maria sudah menagih janji Robert yang akan mengantarnya jalan-jalan ke
Menara Eiffel. Letak flat Maria dan Menara Eiffel bisa di tempuh dengan jalan
kaki saja. Perasaan Maria sangat girang, seakan-akan terlupalah segala
permasalahan hidup, beban penderitaan, dan kemiskinan. Ia hanya ingat dengan
ayah ibunya yang sudah tua dan sendirian di desanya yang kotor. Ingin rasanya
ia mengajak mereka kemari.
Hari
ketiga, Robert memperkenalkan Maria dengan bosnya. Seorang lelaki nomor satu di
Prancis, penanam saham utama Hotel Lyon Bastille, namanya Le Pere Solomon. Ia jugalah yang menjanjikan
pekerjaan besar pada Maria. Menurutnya, wanita Asia seperti Maria akan menjadi
omset besar baginya. Bagitu sepesialnya Maria bagi mereka, sampai-sampai ia
mengizinkan Maria beristirahat di Kamar VIP Hotel Lyon Bastille, salah satu
bangunan yang menyangga langit kota Lyon. Namun tak ada seorangpun yang
mengatakan apa sebenarnya pekerjaan Maria di tempat itu.
Di
hari kedua bertemu dengan Salamon, Maria diberikan berbagai baju bermerk Luis Vuitton, perancang terkenal dari
Paris. Ia makin bingung dengan pekerjaannya, apakah ia akan dijual kepada Solomon? Namun secepat itupun Robert
memastikan bahwa ia tidak akan memasukkan Maria ke dunia pelacuran.
Hingga
akhirnya Le Pere Solomon mengatakan pekerjaan Maria
sangatlah mudah, yakni sebagai pengantar barang. Malamnya, Maria tak bisa
tidur. Ia tak habis pikir bagaimana orang kaya membuang-buang uangnya. Bukannya
dengan memilih jasa pengiriman paket yang profesional lebih menguntungkan
baginya? Namun mengapa ia justru sama sekali tidak efisien dan boros? Maria
benar-benar tak mengerti jalan pikiran orang kaya yang menurutnya nyeleneh itu.
Pagi
hari Maria check out dari hotel dan
menuju flat yang ia tempati. Disepanjang jalan ia diolok-olok menjadi simpanan Le Pere Solomon. Maria yang berhati putih sama sekali tak tahu mengapa
orang lain bisa benci kepadanya. Apakah mungkin karena mereka iri padanya
karena sebagai orang asing, ia mampu bergaul dengan orang nomor satu di Paris.
Sementara orang orang disini, jangankan untuk berbicara langsung, mendekatinya
saja kesulitan karena ada pengawal yang selalu setia mengiringi Le Pere Solomon.
Maria
memulai tugas pertamanya bekerja sebagai pengantar barang di hari kelima ia
berada di Prancis. Sebuah kotak sebesar mie instan diangkatnya sambil menyusuri
jalanan paling terkenal di dunia, Champ Elysees. Sedangkan Robert dan taksi
hitamnya meninggalkan Maria di sebuah area parkir dekat plasa De La Concorde.
Maria mencari toko Mauchoir Mercy seorang diri, dan menyerahkan paket itu ke Le
Mere Belle Ann, nama yang
disebut oleh Solomon.
Baru keluar dari toko, Maria ditarik oleh lelaki
bertubuh tinggi. Ia diseret dan diborgol di belakang gedung abad ke-19. Ia
ditanya siapa yang menyuruhnya mengantar paket, belum ia selesai menjawab
Robert dengan Taksi hitamnya menabrak lelaki yang memborgol Maria tersebut
hingga bersimbah darah.
Maria semakin bingung. Ia hanya mengantarkan peket,
tahu-tahu ia terjebak dalam situasi sulit. Siapa lelaki itu? Mengapa Robert
menabraknya? Dan siapakah sebenarnya Le Pere Solomon? Disisi lain Robert
begitu percaya diri bahwa ia telah menyelamatkan Maria. Padahal, Maria hanya
yakin Alloh-lah penolong satu-satunya.
Atas kejadian penabrakan itu, Le Pere Solomon
marah besar kepada Robert. Karena yang ia tabrak tak lain adalah seorang Polisi
yang curiga dengan isi paket tersebut, yakni narkoba. Robert terus membela
Maria, dengan alasan ia tak tega melihat Maria yang baru pertama kali berada di
Paris sudah harus mendekam di penjara, di balik itu semua ternyata Robert sudah
menaruh hati kepada Maria sejak mereka bertemu di bandara.
Robert benar-benar bodyguard sejati bagi
Maria. Tak hanya itu, ia juga selalu menyiapkan pakaian, menyediakan makanan,
membawa piring dan baju kotor, ketika Maria hendak keluarpun Robert yang
mengawal di sampingnya. Ia telah memberikan kenyamanan yang tidak pernah
diperoleh sebelumnya. Namun lama-kelamaan Maria merasa tidak nyaman
diperlakukan seperti itu.
Untuk menghibur hati Maria yang bersedih, Robert
berjanji mengajaknya berjalan-jalan ke Champ Elysses di minggu pagi. Mereka
banyak berbincang tentang agama Islam dan keistimewaan Islam. Robert
melihat konsep yang berbeda antara Nasrani dan Muslim. Ia mulai penasaran dengan agama Islam, dan ingin belajar lebih dalam
dari Maria. Hingga akhirnya mereka berhenti di tenda besar yang sedang ada
pertunjukkan sirkus jalanan.
Mereka masih sibuk bercengkrama saat terdengar
jeritan dari belakang Robert dan Maria. Seorang perempuan setengah baya
bersimbah darah dengan peluru menembus dadanya. Maria mengenali wanita itu.
Belle Ann, orang pertama yang ia kirimi paket dari Le Pere Solomon.
Maria pingsan seketika. Seminggu ia berada di Paris, ia sudah dipaksa melihat
pembunuhan di depan matanya. Sungguh bertolak belakang dengan keindahan dan
kemakmuran kota ini.
Orang
mengenal Le Pere Solomon
sebagai pengusaha nomor wahid di Prancis, tapi tak pernah ada orang yang
mengenal wajahnya. Ia telah berapa kali melakukan operasi plastik, dan memiliki
sejumlah identitas palsu sebagai imigran dari Aljazair. Yang sebenarnya Le
Pere Solomon adalah Billy the Barefoot, perampok kelas kakap
yaitu Billy si Tanpa Alas Kaki, karena tiap kali melakukannya aksinya ia tak
pernah memakai sandal atau sepatu.
Lagi-lagi
Maria berbicara tentang sifat Allah yang membuat Robert terpesona. Ingin
rasanya ia segera masuk Islam. Hatinya begitu bergetar mendengar sifat-sifat
Alloh dari bibir manis Maria. Kebenaran telah masuk dalam jiwa Robert secara
perlahan. Robert juga mendapat penjelasan kalau Le Pere Solomon bukannya tak bisa dikalahkan, hanya
belum waktunya saja Alloh melumpuhkan kekuatannya. Dengen cepat, di hari
selanjutnya Robert masuk Islam dengan
mengucap Syahadat mengikuti ucapan Maria.
Di hari kesebelas Maria mendapat tugas lagi untuk
mengantar paket. Kali ini dia sendirian, tanpa didampingi Robert seperti
biasanya. Ingin rasanya ia menolak, namun apa daya. Terpaksa, Maria mengantar
paket itu ke Museum Louvre, dan diterima oleh seniman laki-laki berwajah kuyu
dan mata menggantung. Ia makin penasaran dengan Solomon, diam-diam ia mulai
mencari tahu tentangnya.
Keesokan harinya Maria keluar dari flatnya, dan
tanpa disengaja ia bertemu dengan Alida, jurnalis muslim keturunan Aljazair
dalam sebuah orasi menentang pelarangan menggunakan cadar. Ia sedikit
memperoleh informasi tentang Le Pere Solomon dari Alida. Namun Alida
belum yakin juga dengan dugaannya tersebut, sehingga ia menyuruh Maria untuk
menyelidikinya sendiri.
Kembali ke dalam flat, Maria seperti terjebak dalam
dunia gelap. Flat itu dihuni oleh puluhan pelacur yang menjual tubuhnya. Ia
teringat Jafar, karena dialah yang telah menjerumuskannya di tempat itu. Dengan
berat hati Maria memberanikan diri untuk bergabung dengan puluhan wanita
tersebut, dengan tujuan mencari informasi tentang Le Pere Solomon. Namun
saat ia bergabung, ada gadis yang menampakkan kebencian yang begitu besar
kepada Maria, dia adalah Sandra. Entah apa salah Maria kepadanya, ia langsung
pergi meninggalkan kelompok itu begitu saja.
Maria mendapatkan pengalaman berkesan dari para
penghuni flat. Mereka tak seperti yang dibayangkan, mereka sangat ramah. Banyak
pelajaran baru yang ia dapat. Pelacur sekalipun tak pernah sudi dengan
pekerjaan seperti itu. Ada satu orang yang sangat antusias keluar dari
pekerjaannya, tak lain ada Maizumi, seorang gadis keturunan dari Jepang. Dari
perkenalan singkat itu Maizumi dan Maria memberanikan untuk melariakan diri
dari flat, dengan berbagai resiko yang akan mereka peroleh tentunya. Tak ada
barang yang mereka bawa. Uang, baju, dan berbagai perlengkapan mereka
tinggalkan.
Malam hari mereka hanya tidur di bangunan tua bersama
gelandangan. Keesokan hari, saat sinar kemerahan matahari memenuhi ufuk timur,
mereka mulai merasakan kelaparan yang luar biasa. Maizumi tanpa ada rasa malu,
meminta minuman kepada seseorang untuk membasahi tenggorokannya yang mengering
itu. Maria mendumel melihat kelakuan temannya tersebut, sehingga dengan berat
hati mereka memutuskan untuk mengamen, minimal agar dapat membeli makan dan
minum. Maizumi bertugas untuk bernyanyi dalam bahasa Jepang, sedangkan Maria
yang bertepuk tangan, mengiringi Maizumi menyanyi. Keadaan itu juga tak
berlangsung lama, kali kedua mereka mengamen malah uang hasil pemberian
orang-orang diambil oleh penjahat. Maria terus menguatkan Mazumi. Bahwa dibalik
itu semua Alloh pasti akan memberikan rizki dari jalan yang lain.
Di
hari yang kesembilan belas Maria berada di Paris, ia mendapatkan pengalaman
baru lagi dengan bekerja di Kafe Regence milik Le Pere Philips. Setelah beberapa lama mereka menawarkan jasa di
bawah terik matahari kota Perancis, Maria dan Maizumi mendapatkan tugas untuk
mencuci piring berlusin-lusin. Sementara di samping mereka para koki sibuk
memasak. Seorang koki memberi sekerat roti karena ia puas dengan pekerjaan
mereka. Koki baik itu bernama Chef Antonio. Mereka banyak bercerita tentang
kafe tersebut. Maria dan Maizumi pun diberikan tempat tinggal di gudang Kafe
Regence.
Namun,
sifat Chef Antonio mulai berubah saat Maria berhasil memenangkan festival
makanan pinggiran jalan di La Defance secara tidak sengaja. Awalnya ia hanya
berniat membuatkan nasi goreng untuk Maizumi, orang yang sudah dianggap
adiknya. Namun masakan Maria ternyata terbawa dan diikutkan festival. Chef
Antonio adalah orang yang paling terpukul atas pengumuman kemenangan tersebut,
ia iri terhadap Maria, berbagai nada sumbing ia lontarkan, akhirnya ia
mengundurkan diri sebagai koki di Kafe Regence.
Tanpa
sepengetahuan Maria dan Maizumi, suami istri pemilik Kafe Regence memutuskan
untuk mengangkat Maria sebagai kepala koki. Maria menerima kabar itu dengan
tidak percaya, air matanya mentes, dan langsung sujud Syukur. Ternyata benar,
bahwa Alloh tidak tidur, Ia pasti akan mendengarkan doa setiap hamba-Nya.
Wawancara,
tolkshow, dan bintang iklan adalah
pekerjaan barunya disamping ia menjadi kepala koki di Kafe Regence. Dalam
sekejap Maria menjadi terkenal, semua orang menulis ceritanya. Ia yang dulunya
pernah menjadi pengemis, pengamen, tukang cuci piring, kini segera saja ia
melesat menjadi kepala koki. Maizumi tentu orang yang paling bahagia
menyaksikan ketenaran Maria. Dan saat itu pula, ia diangkat sebagai kepala
pramusaji.
Ketenaran
Maria dan melambungnya nama Kafe Regence membuat penyakit lama Le Pere Philips kambuh lagi, apalagi
kalau bukan berjudi. Sampai-sampai ia mengambil seluruh uang restoran.
Istrinya, Le Mere Philips yang tidak
tahu menahu tentang hal itu menuduh Maria yang mengambil uangnya. Ia mencaci
maki serta mengusir Maria dan Maizumi untuk meninggalkan Kafe tersebut.
Maria
sama sekali tak tahu tujuan. Mereka mencari pedalaman yang mungkin masih adanya
keshalihan. Hingga ia berhenti di sebuah masjid untuk sholat dan beristirahat.
Maria yakin Alloh Maha Mendengar dan setiap perkataan dan kebohongan akan
dicatat oleh-Nya. Maizumi belum masuk Islam, tapi ia sudah tidak asing dengan
kebiasaan sholat yang dilakukan oleh Maria.
Mereka
tak dapat bersantai-santai, secepat mungkin mereka harus bergegas ke Calais
Televisi, karena Maria harus mengisi acara talk
show disana. Malamnya, dua orang polisi berpakaian preman menjemput Maria
dan Maizumi. Seluruh kru stasiun televisi itu geger bukan main. Maria dituduh
menggelapkan uang dan terlibat pembunuhan berencana terhadap majikannya. Berita
itu tersebar begitu cepat. Baru saja ia menikmati hasil jerih payahnya,
sekarang ia harus merasakan dinginnya penjara. Di dalam penjara kepolisian,
cibiran dan makian bertubi-tubi dilayangkan pada mereka.
Majelis
Hakim mulai menyidangkan kasus dengan terdakwa Maria. Sidang hari itu dibuka
dengan memperdengarkan saksi-saksi. Saksi pertama Chef Antoino. Karena ia masih
dendam dengan Maria, Antoino mengiyakan bahwa Maria dari dulu memang menjadi
seorang pencuri, bahkan ia berani mencuri bumbu-bumbu di dapur Kafe Regence.
Dan saksi sedua adalah Sandra, perempuan yang sangat membencinya. Ia mengatakan
bahwa Maria adalah bekas pelacur di flat milik Le Pere Solomon. Seluruh kesaksian dari orang pertama dan kedua
tidak benar. Hati Maria menjerit, ia merasakan ketidak adilan.
Namun
masih ada Maizumi dan jurnalis bernama Alida. Mereka memberikan pernyataan yang
dapat meringankan penderitaan Maria. Hakim sibuk berdiskusi, saat hadir seorang
lelaki tinggi dan tampan masuk dalam ruang sidang tersebut. Pria itu tak lain
adalah Robert. Orang yang menghilang begitu saja setelah memeluk agama Islam,
kini ia hadir kembali dalam kehidupan Maria. Ia bersaksi bahwa Maria bukanlah
seorang pelacur. Maria dan Robert saling bertatapan, Maria tak menyangka Robert
hadir dalam persidangannya.
Hari
kedua persidangan, akhirnya Maria dinyatakan tidak bersalah dan ia dibebaskan.
Maria yang melihat itu langsung sujud Syukur. Selesai persidangan mereka dibawa
Robert meninggalkan tempat itu dengan mobil berwarna coklat. Tidak lagi
menggunakan taksi hitam yang dahulu digunakan saat masih bekerja dengan Le Pere Solomon.
Diperjalanan
mereka banyak sekali bercakap-cakap. Robert bercerita bahwa setelah ia
menemukan kebenaran, hidupnya berubah drastis. Dan kini ia telah mempunyai nama
islam yakni Abdul Ghafur. Sungguh Maria sangat bersyukur melihat Robert yang
kini begitu mendalami agama Islam.
Abdul
Ghafur selama ini mendalami agama Islam di sebuah Panti Asuhan Taubatan Nasuhah
di kawasan La Defense. Pemiliknya adalah pasangan suami istri yang bernama Le Pere Hasan dan Le Mere Aisy Hanin. Pasangan suami istri yang belum mempunyi anak
itu kini mengasuh 60 orang anak kecil yang ditemuinya di jalan-jalan. Tanpa
keberatan, Maria dan Maizumi diizinkan untuk tinggal di panti asuhan tersebut, kamar
nomor enam.
Maizumi
yang belum masuk Islam ditugaskan untuk membantu-bantu orang di dapur.
Sedangkan Maria dipercaya untuk mengajarkan anak perempuan mengaji, tanpa
mengharapkan imbalan materi tentunya. Dan anak laki-laki mengaji bersama Abdul
Ghafur. Maria sungguh terkesan, ditenggah hiruk pikuk metropolitan Paris,
dakwah Islam masih berjalan sempurna.
Baru
saja Maria merasakan kenyamanan. Seorang penyapu jalanan Le Pere Philips, mantan pemilik Kafe Regence yang telah
menghancurkannya, dengan wajah dan baju lusuh dan nyaris seperti gelandangan
menemuinya di panti tersebut. Ia bangkrut, sedangkan Le Mere Philips bunuh diri dikarenakan stress memikirkan Kafenya
yang bangkrut. Lelaki itu bersimpuh meminta maaf pada Maria. Karena kasihan, Le Pere Philips yang sudah tak punya apa-apa
kini juga menjadi keluarga Panti Asuhan Taubatan Nasuha.
Kelucuan
anak-anak Panti membuat Maria tersenyum-senyum sendiri melihat tingkahnya.
Bidadari kecil itu diantaranya adalah Laura, Amelia, dan Zaskia. Banyak sekali
kegiatan panti asuhan yang menyenangkan bagi anak-anak. Bahkan mereka juga
diajak untuk mengunjungi Pegunungan Alpen.
Le Pere Hasan berpesan kalau tujuan mereka pergi adalah untuk mentadabburi
alam, sama sekali bukan untuk bersenang-senang.
Tepat
pada hari raya paska, Panti Tubatan Nasuha di obrak-abrik oleh polisi patroli
karena dianggap telah melakukan ibadah yang mengganggu kaum Nasrani. Kesedihan
terpancar dari muka anak-anak. Bahan makanan dan peralatan dapur dirusak tanpa
adanya rasa kasihan sedikitpun. Le Pere
Hasan mencoba dengan sekuat tenaga untuk menghibur dan menenangkan mereka.
Le Pere Hasan
memberikan kepercayaan kepada orang lain lak tanggung-tanggung. Bahkan kepada
orang yang baru ia kenal. Tak lain kepada Le
Pere Philips. Le Pere Philips tak
bisa lagi menahan hawa nafsunya. Kepercayaan yang diberikan kepadanya dirusak
lagi. Uang yang diberikan Hasan untuk membangun Kafe Regencenya kembali
dipergunakan untuk berjudi. Ini membuat kacau perekonomian di Panti Asuhan.
Anak-anak klaparan. Perhiasan dan mobil butut Hasan juga harus dijual.
Setidaknya mereka bisa makan hari ini. Hinggga akhirnya penghuni panti
bergotong royong untuk memulihkan perekonomian Panti Asuhan dengan membuat
kerajinan tangan dan kemudian dijualnya.
Kebersamaan
yang semakin intensif, membuat panah-panah asmara antara Maria dan Ghafur tiap
hari makin terasa. Walaupun keduanya belum pernah berikrar pacaran, tapi cinta
diam-diam telah bersemi dalam lubuk hati mereka berdua. Robert pun mengatakan
bahwa ia ingin menikahi Maria, Maria tak menjawab. Meskipun sebenarnya ia juga
menaruh hati padanya.
Keesokan
harinya Panti Asuhan kedatangan tamu pejabat yang bernama Le Pere Jacque Navas dan cucunya yang berusia lima tahun,
Josephine. Seorang katolik yang sudah tak percaya lagi dengan gereja. Diluar
dugaan Hasan, ternyata Jacque orangnya bersahaja, sederhana, dan tidak
neko-neko. Ia bisa bergabung dengan warga panti tanpa memperhatikan kasta.
Josephine juga sangat mudah bergaul, terlebih dengan Laura.
Karena
Josephine, selalu menanyakan Islam kepada Jacque Navas, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang
Mualaf. Ia juga kagum dengan hukum-hukum Islam yang diterapkan di Panti Asuhan
tersebut. Dalam prosesi masuk Islam, Jacque Navas menirukan Syahadat dari Le Pere Hasan, disaksikan oleh Maria dan
Abdul Ghafur. Mereka berdualah yang akan menjadi saksi di hari kiamat bahwa
Jacque Navas termasuk dalam golongan kanan.
Kepergian
Navas dan cucunya meninggalkan kesan yang baik. Tak lupa mereka juga memberikan
sumbangan kepada Panti Asuhan. Maria dan juga Ghafur pun mencicipi dunia dunia
politik atas ajakan Navas, namun itu tak berjalan lama karena adanya kekacauan
di Panti Asuhan.
Pernikahan
Ghafur dan Maria berlangsung cepat. Sehari sesudah Ghafur membicarakan hal itu
kepada Le Pere Hasan, keesokan harinya
mereka menikah. Acara ijab kabul berlangsung khidmat, tak ada pesta mewah,
pernikahan hanya dihadiri penghuni panti dan berlangsung sederhana.
Atas
pernikahan tersebut mereka dihadiahi Le
Pere Hasan Kafe Regence. Maria kagum, Alloh menunjukkan kekuasaan-Nya.
Sebelumnya Le Pere Hasan begitu
terkatung-katung hanya untuk memberi makan para Santri, kini ia berhasil
membeli Kafe Regence. Kafe tersebut dipercayakan kepada Maria untuk mengelola.
Setelah sebelumnya Le Pere Hasan juga
bernegosiasi dengan pebisnis Le Pere
Moslowitz untuk bekerjasama membangun tempat itu.
Disaat
kehidupan di Kafe Regence mulai berdenyut. Di luar dugaan, Abdul Ghafur
meninggalkan Maria setelah berkomitmen untuk bersama-sama melakukan amal
sholeh. Ia didatangi seorang tamu beberapa hari lalu dan mengajak Abdul Ghafur
untuk berangkat berjihad.
Hari
ketiga, Kafe Regence mulai ramai. Disaat itulah terjadi kekacauan luar biasa
bagi Kafe Regence. Kafe itu disegel oleh Polisi karena dicurigai menjadi tempat
transaksi narkoba. Maria dan anggota Panti tak patah semangat, mereka mencoba
mendirikan tenda di pinggir jalan, sampai menjajakan nasi goreng Maria
menggunakin Mobil di berbagai tempat-tempat di Paris. Tapi itupun dirusak oleh Le Pere Solomon dengan berbagai cara.
Salomon menaruh dendam yang teramat sangat kepada Maria dan Ghafur karena
mereka sudah menghianatinya.
Melihat
penderitaan Maria dan Ghafur dari dekat membuat Maizumi bersedih tapi sekaligus
bangga. Sepasang suami istri itu telah merasakan pahit getirnya cobaan hidup.
Maizumi yang belum masuk Islam kini juga memutuskan untuk masuk Islam. Semua
orang menyambutnya dengan berbunga. Dia mempunyai nama Islam yakni Jamilah.
Tak
lama saat Abdul Ghafur kembali ke Paris. Di sini ternyata ia harus diculik oleh
Le Pere Solomon. Ia disiksa, dipukul,
diracuni, bahkan ia dipaksa meninggalkan keyakinannya dan beralis ke agama
lamanya jika ingin tetap hidup. Sakit Ghafur makin parah, berbagai cara sudah
dilakukan untuk menyembuhkan Ghafur. Tapi tetap saja, Ghafur harus meninggalkan
Maria selama-lamanya.
Ancaman
Le Pere Solomon untuk membuat Abdul
Ghafur dan keluarganya menderita bukanlah isapan jempol belaka. Belum kering
air mata Maria karena kehilangan suami tercintanya. Saat kembali dari
pemakaman, mereka harus melihat kenyataan bahwa Panti Asuhan Taubatan Nasuhah yang
mereka tinggali selama ini porak poranda, api menjilat-jilat. Maria geram,
dalam hati sebenarnya ia sudah tahu, bahwa semua itu tak lain adalah ulah dari La Pere Solomon.
Entah
bagaimana lagi cara mereka menjalani hidup ke depan. Malam harinya, Maria,
Jamilah, Le Pere Hasan, Le Mere Aisy Hanin, Le Pere Philips, dan puluhan anak panti asuhan harus rela tidur di
emper Gereja Pantheon. Hingga akhirnya Alloh membimbing hati Le Pere Hasan untuk mengadukan semua
penderitaannya ke Presiden Prancis, Franc Chaney. Presiden yang sebenarnya
dekat dengan rakyat. Hasan ingin presiden tersebut mengungkap jaringan narkoba,
terosisme, para bandar mucikari, perjudian, bahkan kasus penyegelan Kafe
Regence yang masih belum terselesaikan. Meskipun semua orang mengatakan
mustahil mereka akan diterima, Alloh tetap memberikan pertolongannya. Presiden
itupun mendengar jeritan mereka dan mau membantu mengusut tuntas kasus itu.
Semua
penghuni panti pun mulai masuk Islam, yang terakhir adalah Le Pere Philips. Ia sadar memeluk islam bukan karena bujukan atau
iming-iming, tetapi hidayah dari dasar hati yang telah menunjukkan jalan
padanya.
Jika
Alloh telah membuka pintu rezeki-Nya lebar-lebar, maka percepatan nasib seperti
membalik telapak tangan. Kerja keras terbayar dengan panen kesejahteraan. Meski
masih berupa usaha bersama yang dinikmati besama, tetapi mereka senang.
Anak-anak Panti juga ikut membantu usaha baru mereka. Yakni menjual bumbu masak
nasi goreng Maria. Di luar dugaan, usaha ini berkembang pesat seperti roket
yang melejit. Maria makin kewalahan memenuhi permintaan pasar. Dalam keadaan
sukses seperti ini, sayangnya Abdul Ghafur tak turut menikmati.
Di
tengah kesibukan pekerjaan, mereka tetap menonton siaran berita untuk melihat
perkembangan kasusnya. Sebentar lagi, dalangnya akan terungkap. Yah, Le Pere Solomon lah yang ada dibalik
derita mereka. Menutup Kafe Regence, membunuh Abdul Ghafur, dan mengebom Panti
Asuhan Taubatan Nasuha. Kasus itu sebenarnya dilatar belakangi dendam pribadi
terhadap Maria dan Ghafur.
Restoran
yang tak terbukti terdapat narkoba, Maria berniat menghidupkan kembali restoran
Kafe Regence yang terletak di Jalan La Defene itu. Maria mempercayakan kafe itu
kepada Jamilah, setelah sebelumnya ia telah menyerap ilmu dari Maria dengan
sempurna. Sedangkan Maria sibuk mengurusi fenchise
bumbu nasi goreng Maria yang sudah mendunia di Paris. Di sisi lain, Polisi yang
ditugaskan Solomon menyegel Kafe Regence, Jonathan, telah menemui dan bersujud meminta
maaf kepada Maria dangan penuh penyesalan.
Polisi
mulai mencari Le Pere Solomon,
pemilik hotel Lyon Bastille, bandar narkoba, serta bos dari pelacur di flat
yang dulu ditinggali Maria. Le Pere
Solomon berniat melarikan diri, karena terburu-buru dan tak mengisi
helikopernya dengan bahan bakar membuat Salomon terperosok di Pegunungan Alpen.
Tepat di puncaknya yang masih perawan dan belum terjamah manusia, helikopter
itu nyangkut di atas pohon. Penumpangnya pun jatuh dan merasakan pening yang
luar biasa. Sungguh Alloh tidak begitu saja melepaskan orang-orang yang
berdusta.
Dalam
hati, Le Pere Solomon benar-benar
geram. Entah kenapa sejak kedatangan Maria, ia selalu sial. Bahkan Robert atau
Abdul Ghafur yang dahulunya menjadi anak emas memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya. Belum sempat ia memikirkan rencana kejinya, terdengar raungan
binatang buas didekatnya. Ia panik, kakinya lemah, terhayung-hayung hingga
akhirnya jatuh ke dalam jurang.
Dua
hari kemudian, tubuh Le Pere Solomon
diterbangkan dengan helikopter kecil. Ia diturunkan dari puncak gunung dengan
keahliah para pendaki yang terlatih. Melihat berita tentang Le Pere Solomon yang terkena musibah dan
hampir tak sadarkan diri membuat hati Maria iba. Karena Alloh telah menjatuhkan
hukuman yang setimpal, Maria justru kasihan dengannya. Lenyaplah sudah
permusuhan dengan orang nomor satu yang sering mencelakainya.
Menengok
orang sakit hukumnya sunnah, Maria mencoba meniru akhlak terpuji Rasululloh.
Alangkah terkejutnya Le Pere Solomon
melihat Maria dan Le Pere Hasan
menjenguknya. Sebelum masuk ruangan itu Maria sempat berwudlu, entah mengapa Le Pere Solomon mengatakan bahwa melihat
tubuh Maria bersinar bagai matahari. Tubunya gemetar, menangis dan meminta maaf
kepada Maria.
Sehari
setelelah dijenguk Maria, Le Pere
Solomon tampak lebih baik. Tetapi yang mengherankan lagi adalah sikap Maria
yang begitu mudah melupakan kesalahan dirinya. Membuatnya kagum sekaligus
takjub.
Alangkah
kegetnya Maria dan Le Pere Hasan
ketika bertemu lagi dengan Le Pere
Solomon. Le Pere Solomon mengatakan
bahwa ia ingin masuk Islam. Ia kagum dengan akhlak mereka berdua. Makin banyak
orang yang masuk Islam atas kesadarannya sendiri membuat keduanya tak
henti-hentinnya mengucap syukur.
Meskipun
Maria telah mencabut kasusnya terhadap Le
Pere Solomon, bukan berarti polisi menghentikan penyelidikannya. Kali ini,
polisi mengarahkan penyelidikan pada dugaan jaringan narkoba yang konon
dimiliki Le Pere Solomon. Ia pun
harus mendekam selama sepuluh tahun di penjara. Flat yang digunakan untuk
melayani seks ditutup. Para wanita yang bekerja disana, mereka dipekerjakan di
Kafe Regence maupun di industri kecil milik Maria yang lain.
Le Pere Hsan
tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Maria. Selama di Paris,
Maria telah memberikan warisan yang bermanfaat untuk dapat dikelola oleh orag
banyak. Maria hanya bisa tersenyum. Sebaik-baiknya warisan adalah warisan dari
Alloh berupa langit, bumi, dan seisinya yang digunakan untuk kebutuhan manusia.
Lusa,
Maria memutuskan untuk pulang ke tanah air. Tak lupa, Maria mempersiapka
oleh-oleh kepada orang tuanya. Ia membawa beberapa lembar baju dan bumbu nasi
goreng yang sudah dikemas dalam plastik. Ia ingin membuktikan bahwa di Prancis
ia tak terlunta-lunta, bahkan telah berhasil menaklukkan pusat mode dunia, kota
terindah di dunia dengan penduduknya yang makmur.
Semua
orang berat melepaskan Maria, terlebih Jamilah. Air mata tumpah saat mengantar
Maria ke bandara. Maria berangkulan dengan Jamilah lama sekali, keduanya
menitikan air mata pada detik-detik perpisahan itu.
Sebenarnya
mereka hendak menunggu sampai pesawat Maria tinggal landas. Namun mereka
khawatir karena setumpuk pekerjaan telah menanti mereka. Kini, tinggallah Maria
sendirian. Pesawat itu rencananya akan tiba sehabis Ashar, tetapi sampai
sekarang belum juga datang. Hingga akhirnya, ada berita bahwa pesawat itu
terkendala cuaca buruk dan belum bisa berangkat ke Paris. Maria benar-benar
bingung. Ia tak sabar, wajah Ibunya terus membayang di pelupuk matanya.
Jika
mereka mengetahu kejadian ini, tentu mereka akan menunggu Maria. Tapi biarlah,
mungkin Alloh sengaja menyembunyikan keadaannya agar mereka bisa lebih fokus
dalam bekerja. Sampai malam, pesawat yang ditunggu belum juga datang. Maria
memutuskan untuk bermalam di masjid bandara sekaligus sholat Isya’. Mungkin ia
memang ditakdrikan untuk lebih bersabar lagi.
99 hari berada di Prancis
telah mengajarkan banyak pengalaman berharga dalam hidup yang bisa dijadikan
bekal di tanah air kelak. Selamat tinggal Prancis.
No comments:
Post a Comment