RELIGIUSITAS
DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: KAJIAN
STRUKTURAL
SKRIPSI
OLEH:
RIZKA WULANDARI
5.11.06.13.0.011
UNIVERSITAS
ISLAM MAJAPAHIT
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JULI 2013
Cinta Suci Zahrana
Karya Habiburrahman ElnShirazy
Menikah adalah satu di antara tiga perkara yang sunnah untuk disegerakan.
Dan Allah akan melimpahkan ridhanya kepada orang yang akan menyegerakan
menikah. Sama halnya dengan orang yang membantu untuk menyegerakan menikah.
Karena perbuatan menyegerakan menikah merupakan perkara yang disunnahkan oleh
Rasulullah. Dan setiap perkara yang disunnahkan, adalah tindakan yang diridhai
dan dicintai Allah.
Perkara inilah yang tak segera dilakukan oleh Dewi Zahrana tokoh utama
dalam novel berjudul Cinta Suci Zahrana kar4ya Habiburahman
el-Shirazy. Dalam novel ini menceritakan bagaimana sosok Zahrana yang
menunda-nunda menikah. Ia lebih mendahulukan pendidikan ketimbang sunnah Rasul
tersebut. Walaupun sudah cukup dikatakan sukses untuk ukuran perempuan semacam
dirinya dalam menuntut ilmu dan pekerjaannya sebagai seorang dosen. Apalagi
ditambah ia berhasil menerima Penghargaan Tingkat International di Bidang
Arsitektur yang diberikan oleh Tsinghua University Beijing sampai
diundang untuk menerima penghargaan tersebut atas karya-karya dan prestasinya
dibidang arsitektur.
Sayang, kesuksesan Zahrana dalam
berbagai hal tidak diimbangi dengan masalah kehidupan pribadinya. Tak lain
masalah soal kehidupan pribadinya. Soal percintaan dan perjodohannya, Kedua
masalah itulah yang tidak dapat ia dapatkan secara bersamaan. Tak mudah ia
genggam.
Matanya berkaca-kaca.
Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari
dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak
yang memandangnya sukses. Hidup berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat
dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari
sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya
duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota
Propinsi Jawa Tengah: Semarang. Sudah berapa kali ia mendengar pujian tentang
kesuksesannya. Hanya ia seorang yang tahu bahwa sejatinya ia sangat menderita.
Ada satu hal yang ia tangisi setiap malam.
Setiap kali bermunajat
kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia menangisi takdirnya yang belum juga
berubah. Takdir sebagai perawan tua yang belum juga menemukan jodohnya. Dalam
keseharian ia tampak biasa dan ceria. Ia bisa menyembunyikan derita dan
sedihnya dengan sikap tenangnya. Ia terkadang menyalahkan dirinya sendiri kenapa
tidak menikah sejak masih duduk di S.l dahulu?
Kenapa juga ketika
selesai S.l ia tidak langsung menikah? Kenapa ia lebih tertantang masuk S.2 di
ITB Bandung? Padahal saat itu, temannya
satu angkatan si Yuyun menawarkan kakaknya yang sudah buka kios pakaian dalam
di Pasar Bringharjo Jogja. Saat itu kenapa ia begitu tinggi hati. Ia masih
memandang rendah pekerjaan jualan pakaian dalam. Apa sebetulnya yang ia kejar?
Kenapa waktu itu ia tidak juga cepat dewasa dan menyadari bahwa hidup ini
berproses. Ia meneteskan airmata. Dulu banyak mutiara yang datang kepadanya ia
tolak tanpa pertimbangan. Dan kini mutiara itu tidak lagi datang. Kalau pun ada
seolah-olah sudah tidak lagi tersedia untuknya. Hanya bebatuan dan sampah yang
kini banyak datang dan membuatnya menderita batin yang cukup dalam. Matanya
berkaca-kaca. Ketika ia sadar harus rendah hati. Ketika ia sadar prestasi
sejati tidaklah semata-mata prestasi akademik.
Ketika ia sadar dan
ingin mencari pendamping hidup yang baik. Baik bagi dirinya dan juga bagi
anak-anaknya kelak. Ketika ia sadar dan ingin menjadi Muslimah seutuhnya.
Ketika ia menyadari, semua yang ia temui kini, adalah jalan terjal yang panjang
yang menguji kesabarannya. Umurnya sudah tidak muda lagi. Tiga puluh empat
tahun.
Hal ini membuat khawatir khususnya Pak Munajat dan Bu Nuriyah sebagai kedua
orangtua Zahrana. Kedua orangtuanya itu menginginkan ia untuk segera melepaskan
masa lajangnya. Segera menikah! Terlebih ketika mereka mengetahui bahwa anak
perempuannya yang semata wayang itu sudah tak muda lagi. Usianya sudah melewati
kepala tiga. Berusia 34 tahun. Tentu usia tersebut sebagai seorang perempuan
adalah usia yang sungguh memalukan di mata warga kampung dimana mereka tinggal.
Hingga hal itu membuatnya merasa tidak nyaman dan terganggu. Dan konflik bathin
pun mulai menghinggapi dirinya.
Suatu hari seseorang
datang kepada orangtuanya untuk meminangnya. Ia masih bimbang harus memutuskan
apa nanti. Kali ini yang datang melamarnya bukan orang sembarangan. Pak H.
Sukarman, M.Sc., Dekan Fakultas Teknik, orang nomor satu di fakultas tempat dia
mengajar. Duda berumur lima puluh lima tahun. Status dan umur baginya tidak
masalah. Sudah bertitel haji. Kredibilitas intelektualnya tidak diragukan.
Materi tak usah ditanyakan. Di Semarang saja ia punya tiga pom bensin. Namun
soal kredibilitas moralnya, susah Zahrana untuk memaafkannya. Repotnya, jika ia
menolak ia sangat susah untuk menjelaskan. Ia harus berkata bagaimana. Ia telah
membicarakan hal ini pada kedua sahabat karibnya. Si Lina, yang kini jualan
buku-buku Islami di Tembalang. Dan si Wati yang kini jadi isteri lurah
Tlogosari Kulon. Lina berpendapat untuk tidak mengambil risiko dengan menerima
orang amoral seperti Pak Karman itu. Apapun titel dan jabatannya. Moral adalah
nyawa orang hidup. Jika moral itu hilang dari seseorang, ia ibarat mayat yang
bergentayangan. Itu pendapat Lina. Sedangkan Wati lain lagi, menurutnya sudah
saatnya ia tidak melangit. Mencari manusia setengah malaikat itu hal yang
mustahil.
Dan akhirnya ia memilih
untuk menolak lamaran Pak Karman, kemudian ia mencoba menjelaskan kepada orang
tuanya, Ia minta kepada mereka pengertiannya jika ia mengambil keputusan yang
tidak melegakan mereka berdua. Diberitahu seperti itu kedua orangtuanya kembali
pasrah dalam kekecewaan.
Lima hari setelah ia
mengirim jawaban itu, Bu Merlin datang ke rumahnya. Saat itu ia masih mengambil
cuti. Bu Merlin datang dengan mimik serius. Bu Merlin memberitahukan bahwa ia
melihat gelagat Pak Karman berniat memecatnya dengan satu tuduhan serius yang
akan sangat mempermalukannya. Ia mengisyaratkan hal itu kemarin setelah membaca
surat Zahrana. Bu Merlin memberi saran lebih baik Zahrana mundur dengan
terhormat daripada dipecat.
Zahrana akhirnya paham
dengan apa yang disampaikan Bu Merlin. Dari nada dan tutur kata yang
disampaikan ia melihat ada kesungguhan dan ketulusan. Namun ia belum bisa
mengambil sikap dengan cepat. Akhirnya ia mantap untuk mengundurkan diri
setelah bercerita kepada Lina sahabatnya. Mengetahui hal itu Pak Karman bagai
kebakaran jenggot, ia sangat marah karena rencananya untuk mempermalukan
Zahrana gagal.
Tak perlu waktu lama
bagi Zahrana untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dari seorang teman ia
mendapatkan informasi bahwa STM Al Fatah Mranggen, Demak, sedang membutuhkan
seorang guru baru yang profesional untuk mendongkrak prestasi. STM Al Fatah
berada di payung Yayasan Pesantran Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di
Mranggen. Ia mengajukan lamaran dan hari itu juga ia diterima. Kepala
sekolahnya yang masih keturunan pendiri Pesantren Al Fatah sangat senang.
Pengalaman mengajar Zahrana ketika mengajar di FT universitas swasta terkemuka
di Semarang adalah jaminan kualitas. Sejak hari itu Zahrana mengajar
siswa-siswa yang sebagian besar adalah santri.
Suatu hari ia membuka-buka emailnya, dan
menemukan email dari Pak Didik. Ia jadi bertanya ada apa dengan Pak Didik. Baru
kali ini Pak Didik mengirim email kepadanya. la buka email itu: Subjeknya:
SEBUAH TAWARAN, JIKA BERKENAN. .Zahrana membaca email itu dengan tubuh
bergetar, Pak Didik bermaksud melamarnya dan menjadikan istri yang ke dua. Matanya berkaca-kaca. la tidak tahu apa yang
ia rasakan. Yang jelas bukan bahagia. Ia merasa betapa tidak mudah menjadi
gadis yang terlambat menikah. Dan betapa susah menjadi wanita. Jika Pak Didik
itu tidak memiliki isteri, katakanlah duda sekalipun, tawaran itu mungkin akan
sedikit menjadi jendela harapan di hatinya.
Esoknya ia nekat
mengajak Lina, menghadap Bu Nyai dan Pak Kiai. Lina tahu bahwa Zahrana tidak
berani mengungkapkan maksud sebenarnya. Maka dengan tanpa diminta ia lalu
menjelaskan dengan sehalus mungkin maksud utama kedatangan Zahrana ke
pesantren. Bu nyai Dah lalu menyanggupi untuk memberi kabar besok setelah
berembug dengan Pak Kyai.
Keesokannya Bu Nyai memanggil Zahrana, Ia langsung
bergegas ke ndalem Bu Nyai Dah. Pak Kiai bermaksud menjodohkan Zahrana dengan
santrinya yang sudah tiga tahun ini meninggalkan pesantren. Dia santri yang
dulu sangat diandalkan Pak Kiai. Namanya Rahmad. Pendidikannya tidak tinggi. Ia
hanya tamat Madrasah Aliyah. Tidak kuliah. Karena setelah itu dia mengabdi di
pesantren ini. Baik akhlak dan ibadahnya. Tanggungjawabnya bisa diandalkan.
Pekerjaannya sekarang jualan kerupuk keliling. Dia duda tanpa anak. Isterinya
meninggal satu tahun yang lalu karena demam berdarah. Itulah informasi yang
diberikan Bu nyai Dah.
Setelah memikir dan
menimbang tiga hari lamanya Zahrana merasa cocok. Ayah dan ibu Zahrana pun
cocok. Barulah setelah itu Pak Kiai dan Bu Nyai mempertemukan dua keluarga. Mulanya
si Rahmad merasa minder. Tapi Pak Kiai berhasil meyakinkan Rahmad untuk tidak
minder. Dan ditetapkanlah hari H pernikahan Rahmad dengan Zahrana dua minggu
setelah pertemuan itu. Dua keluarga itu langsung didera kesibukan menyiapkan
pesta pernikahan.
Di rumah Zahrana nyaris
sempurna. Besok acara pernikahan itu akan berlangsung. Zahrana ingin membantu
kaum ibu di dapur menyiapkan segala sesuatu. Tapi mereka meminta Zahrana
istirahat saja. Maka setelah shalatIsya ia langsung tidur, agar besok ia benar-benar
fresh dan segar. Lagu-lagu bahagia masih mengalun. Zahrana tidur dalam
kebahagiaan tiada terkira.
Jam setengahtiga malam
ia dibangunkan. Tidur bahagianya hilang. Ia kaget ada keributan. Ibunya
menangis menjerit-jerit seperti orang kesurupan. Bapaknya terpekur di kursi
seperti patung. Linalah yang membangunkannya dan mengatakan kabar duka itu
dengan air mata meleleh tentang meninggalnya Rahmad calon suami Zahrana karena
tertabrak kereta api. Setelah mendengar kabar tersebut, Zahrana langsung pinsan
hingga harus dibawa ke rumah sakit.
Di RS ia bertemu dengan
dokter berjilbab yang ternyata ibundanya Hasan, mahasiswa yang pernah dibimbing
skripsinya oleh Zahrana. Hal itu membuatnya seolah bisa bernafas. Dokter
berjilbab yang bernama bu Zulaikha itu banyak menasehati Zahrana dan juga
menyegarkannya dengan sedikit cerita masa mudanya yang sebenarnya mirip dengan
Zahrana.
Ternyata bukan sampai disitu penderitaan (musibah) yang dialami oleh
Zahrana. Setelah kematian .Rahmad, calon suaminya itu. Tanpa
sepengetahuannya, di rumahnya terjadi musibah kedua. Pak Munajat, ayahnya, yang
memang telah renta tidak kuat menahan tekanan batin. Ia terkena serangan
jantung. Dengan cepat ia dilarikan ke rumahsakit. Namun tak tertolong. Nyawanya
melayang di perjalanan.Hari itu iameninggal menyusul calon menantunya. Dan juga ia harus menerima teror SmS yang tidak diketahui siapa pengirimnya,
Setelah berbagai cobaan telah menimpanya. Dalam hati ia
bertekad untuk semakin mendekatkan diri kepadaAllah.Ia teringat perkataan Bu
Nyai saat memberikan ucapan bela sungkawa, "Kitasemua milik Allah dan
akan kembali kepada Allah. Kita semua tunduk padatakdir-Nya. Yang Paling
berkuasa di atas segalanya adalah Allah Swt.
Sejak itu, Zahrana nyaris tidak pernah meninggalkan shalat malam. Ia
labuhkan segala keluh kesah dan deritanya kepada Yang Maha Menciptakan.
Bulan
Ramadhan datang. Zahrana semakin menikmati ibadahnya. Sore itu setelah shalat
Ashar Zahrana pergi ke warung untuk membeli kelapa, gula merah, dan tepung
terigu. la ingin membuat kolak untuk buka puasa. Juga membuat mendoan dan
bakwan. Pulang dari warung ia agak terkejut, sebab ada mobil sedan tepat di
depan rumahnya. Ia menduga-duga siapa yang datang. Setelah masuk ia tahu kalau
yang datang ternyata Bu Dokter Zulaikha,ibundanya Hasan. ia meminta ibunya utuk melamar Zahrana.
Zahrana
sangat terkejut mendengar penuturan Bu Zul, kemudian dengan terbata-bata ia
menjelaskan selama membimbing skripsi Hasan ia tidak pernah melakukan hal-hal
yang tidak-tidak dengan Hasan, ia bersikap layaknya dosen pembimbing dan
mahasiswanya.
Dan Zahranapun menerima
pinangan tersebut tapi dengan satu syarat yaitu Akad nikahnya dilaksanakan nanti malam bakda shalat Tarawih di masjid.
Dan disaksikan oleh seluruh jamaah masjid. Zahrana trauma menunda pernikahannya
lagi. Bu Zul sempat terkejut dan setelah
menghubungi Hasan berkenaan dengan Syarat
yang diajukan Zahrana akhirnya Hasan dengan mantap menyetujui syarat
Zahrana.
Dan
pada malam kedua di Bulan Suci Ramadhan itu, apa yang diharapkan Zahrana
terjadi. Akad nikah setelah shalat tarawih disaksikan oleh jamaah yang
membludak.Sebagian besar adalah tetangga Zahrana. Mereka turut terharu. Saat
akad nikahibu Zahrana menangis tersedu-sedu. Beberapa ibu-ibu juga menangis.
Malam ituZahrana sangat bahagia. Hasan juga merasakan hal yang sama.
Kebahagiaan Zahrana malam itu menghapus semua derita yang dialaminya. Tasbih
selalu mengiringi tarikan nafasnya.Ia semakin yakin, bahwa Allah bersama orang
orang yang sabar dan ihsan. Malam itu, benar-benar malam kesaksian Zahrana atas
Tasbih, Tahmid dan Takbir Cinta yang didendangkan Allah 'Azza wa Jalla kepadanya.
Subhaanallaah walhamdulillaah, walaailaahaillallaahuwallaahu akbar!
Dua minggu setelah Idhul Fitri,
Zahrana membuka-buka file kartu nama, ia melihat sebuah nama: Prof. Jiang
Daohan, yang tak lain adalah guru besar Fakultas Teknik Fudan University,
China. Ia teringat Prof Jiang Daohan sempat menawari dirinya untuk melanjutkan
PH.D. dengan beasiswa penuh dari Fudan University. Zahrana berpikir untuk
sekolah lagi, mengambil program doktor di Fudan Univrsity. Dan Hasan pun
mengijinkannya.Dan ia berencana untuk mngikuti Zahrana pindah ke Fudan.
Satu
bulan setelah itu, Zahrana dan Hasan sudah sampai di China. Mereka datang
seminggu lebih awal dari hari yang dijadwalkan oleh Prof Jiang. Kerena mereka
ingin merasakan indahnya bulan madu di Negeri Tirai Bambu itu. Dua sejoli yang
dipenuhi rasa bahagia dan saling mencintai itu berjalan-jalan di Tembok Raksasa
sambil menghirup sejuknya musim semi. Zahrana merasakan kesabarannya selama ini
benar-benar dilihat dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baiknya balasan.
No comments:
Post a Comment