BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Setelah
novel Ashmora Paria Karya Herlinatiens dianalisis secara struktural,
maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut. Penulis menganalisis Novel
Ashmora Paria karena banyak moral yang dapat dipetik. Dan penulis
tertarik pada Novel ini karena ceritanya berisikan tentang kisah seorang
lesbian. Sehingga Penulis berharap agar pembaca tidak mencontoh cerita
tersebut, karena lesbian hanya akan merugikan diri sendiri. Karena dapat
mengucilkan nama baik kita dan keluarga.
Penulis mengkaji novel Ashmora Paria menggunakan analisis struktural yang bertujuan memaparkan secermat
mungkin dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara
keseluruhan. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan
hubungan antara unsur intrinsik fiksi yang bersangkuatan. Mula-mula
dideskripsikan, diidentifikasikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa, plot,
tokoh, dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain, kemudian diuji cobakan
bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur dalam menunjang makna keseluruhan,
dan bagaimana hubungan antar-unsur itu sehingga secara bersamaan membentuk
sebuah totalitas kemaknaan yang terpadu.
Tema dalam novel Ashmora Paria merupakan tema yang
terkatakan. Setelah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dibaca, maka
dapat dikemukakan bahwa temanya adalah perjalanan seorang lesbian. Yang
dimaksud seorang lesbian dalam hal ini ialah seorang perempuan yang menyukai
perempuan pula. Alur dalam novel Ashmora Paria menggunakan alur maju,
lurus atau progres. Yaitu , alur yang menceritakan secara runtut isi cerita
dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah
(konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Penggambaran para tokoh dalam Novel Ashmora Paria
dilukiskan secara langsung oleh pengarangnya (Herlinatiens), yaitu
menguraikan keadaan lahiriah maupun batiniah para tokoh. Adapun para tokoh
dalam novel itu adalah sebagai berikut: Ashmora Paria, Ibu, Bapak, Simbah, Rie
Shiva Ashvagosha, Mahadevi, dan Mahendra. Latar
dalam novel Ashmora Paria karya Herlinatiens meliputi latar tempat latar waktu, dan latar sosial. Sudut pandang
atau point of view dalam novel Ashmora Paria adalah sudut pandang persona
pertama (first person point of view), karena dalam novel ini menggunakan gaya
“aku” (tokoh utama). Moral
yang dapat dipetik dalam novel ini adalah bahwa kita dalam menjadi Ibu janganlah
mengikuti kehendak saja tanpa memperdulikan perasaan anak, janganlah menjadi
Ibu yang pilih kasih, dan kasar terhadap anak , sehingga batin anak atau
psikologi anak akan terguncang dengan apa yang kita lakukan. Karena tanpa kasih
sayang dan tanpa perhatian seorang Ibu, maka seorang anak akan salah dalam
menjalin pergaulan dimasa remajanya. Ini dilakukannya karena kurangnya didikan
dan perhatian dari seorang Ibu.
5.2 SARAN
Setelah
analisis ini di kerjakan, para pembaca bisa memetik pelajaran dan moral yang
terkandung dalam novel Ashmora Paria, yakni bahwa kita dalam menjadi Ibu janganlah mengikuti kehendak saja tanpa
memperdulikan perasaan anak, janganlah menjadi Ibu yang pilih kasih, dan kasar
terhadap anak , sehingga batin anak atau psikologi anak akan terguncang dengan
apa yang kita lakukan. Karena tanpa kasih sayang dan tanpa perhatian seorang
Ibu, maka seorang anak akan salah dalam menjalin pergaulan dimasa remajanya.
Ini dilakukannya karena kurangnya didikan dan perhatian dari seorang Ibu. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan ini, penulis berharap kritik dan saranya untuk
membangun penulis akan berusaha akan menjadikan pelajaran yang sangat berarti
analisis yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra.
Yogyakarta
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra.
Jakarta. Gramedia.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1956. Theory of Literature.
New York: Harcourt, Brace & World, Inc. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
oleh Melani Budiyanto. 1989. Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia.)
No comments:
Post a Comment