Saturday, March 15, 2014

CIRI-CIRI SASTRA ABP (ANGKATAN BALAI PUSTAKA)


1.2         Ciri-ciri Sastra Angkatan Balai Pustaka
Jenis sastra periode ini terutama adalah roman dan juga cerita pendek, namun jumlahnya masih sangat minim. Puisi berupa syair dan pantun juga pada umumnya disisipkan dalam roman-roman untuk memberi nasihat kepada pembaca, yang bersifat tradisional. Adapun konsep pemikiran dan ciri-ciri angkatan Balai Pustaka, adalah sebagai berikut:

1.2.1        Ciri-ciri Intrinsik
1.      Gaya bahasanya mempergunakan perumpamaan klise, pepatah-pepatah, dan peribahasa, namun mempergunakan bahasa percakapan sehari-hari yang lain dari bahasa hikayat sastra lama;
2.      Alur roman sebagian besar alur lurus, ada juga yang menggunakan alur sorot balik, tetapi sedikit;
2.    Teknik penokohan dan perwatakannya banyak mempergunakan analisis langsung dan diskripsi fisik, tokoh-tokohnya berwatak datar;
3.    Pusat pengisahannya umumnya mempergunakan metode orang ketiga yang bersifat romantik ironik lebih-lebih roman awal, pelaku-pelaku cerita diperlakukan seperti boneka, misalnya Siti Nur baya. Ada juga pengisahan dengan metode orang pertama, misalnya Di Bawah Lindungkan Ka’bah, tetapi yang menggunakan metode ini sedikit sekali;
4.    Banyak digresi, yaitu banyak sisipan peristiwa yang tidak berhubungan langsung dengan isi cerita, seperti uraian adat, dongeng-dongeng, syair, dan pantun nasihat;
5.    Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya. Semuanya ditunjukkan kepada pembaca untuk memberi nasihat; dan
6.    Bercorak romantis, melarikan diri dari masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang menekan.

2.2.2        Ciri-ciri Ekstrinsik
1.      Bermasalah adat, terutama masalah adat kawin paksa, permaduan, dan sebagainya;
2.      Pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda. Kaum tua mempertahankan adat lama, sedangkan kaum muda menghendaki kemajuan menurut paham kehidupan modern;
3.      Latar cerita pada umumnya latar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah;
4.      Cerita bermain di zaman sekarang, bukan di tempat dan zaman antah-berantah; dan
5.      Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan, masalah-masalah bersifat kedaerahan.

2.2.3        Ciri-ciri Global
1.      Agak dinamis.
2.      Bercorak pasif-romantik. Ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa terkalahkan oleh adat lama yang membeku, sehingga merupakan angan-angan belaka. Itulah sebabnya dalam mencapai cita-citanya, pelaku utama senantiasa kandas, misalnya dimatikan oleh pengarangnya.
3.      Mempergunakan bahasa Melayu baru, yang tetap dihiasi ungkapan-unngkapan klise serta uraian-uraian panjang.
4.      Menilik bentuknya, kesusastraan angkatan Balai Pustaka ini mempunyai ciri-ciri:
a.       Para penyairnya masih banyak yang mempergunakan bentuk-bentuk puisi lama, pantun dan syair, seperti terlihat pada karya Tulis Sutan Ati, Abas, Sutan Pamunjtak.
b.      Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh  syarat-syarat, seperti puisi lama, mulai dipergunakan oleh para penyair muda. Para penyair baru ini dipelopori oleh Moh. Yamin, yang mempergunakan bentuk sonata dalam kesusastraan Indonesia.
c.       Bentuk prosa yang memegang peranan pada masa kesusastraan angkatan Balai Pustaka adalah Roman. Roman angkatan ini bertema perjuangan atau perlawanan terhadap adat istiadat lama, misalnya kawin paksa.


Daftar Pustaka

Djoko Pradopo, Rachmat. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maria, Nurl Sisiliya; 2012, Sejarah Sastra Angkatan Pujangga Baru. Diakses 16 April 2012 09:35 dari www.nurulmariasisiliya.blongspot.com/.../sejarah-sastra-angkatan-pujangga-baru.html


No comments:

Post a Comment