Saturday, March 15, 2014

BAHASA DAN FIKIRAN


KETERKAITAN BAHASA DAN FIKIRAN
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ucapan.  Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ucapan merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa   bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu,  Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan  antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika  berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean,  hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, (1998:  9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.. (Neisser dalam Syah, 2004:22). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi perilaku mental manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi, kesengajaan, dan keyakinan.
Menurut Chaplin (Syah, 2004:22) ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil seseorang tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan kepadanya.                                                                                                                
Afektif adalah ranah psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan, psikomotor adalah ranah psikologi yang segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka (Syah, 2004: 52).
Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran, atau lebih disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran manusia. Dari banyak tokoh yang memaparkan hubungan antara bahasa dan pikiran, penulis melihat bahwa paparan Edward Sapir dan Benyamin Whorf yang banyak dikutip oleh berbagai peneliti dalam meneliti hubungan bahasa dan pikiran
Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama.
 Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
1.      Hipotesis pertama adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
2.      Hipotesis kedua adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual.
Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa. Pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi dan beroperasinya aspek formal bahasa, misalnya gramar dan leksikon. Whorf mengatakan “grammatical and lexical resources of individual languages heavily constrain the conceptual representations available to their speakers”. Gramar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi konseptual yang ada dalam pengguna bahasa tersebut. Selain habituasi dan aspek formal bahasa, salah satu aspek yang dominan dalam konsep Whorf dan Sapir adalah masalah bahasa mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam berpikir, seperti apa yang dikatakan oleh Whorf berikut ini :
“Kita membelah alam dengan garis yang dibuat oleh bahasa native kita. Kategori dan tipe yang kita isolasi dari dunia fenomena tidak dapat kita temui karena semua fenomena tersebut tertangkap oleh majah tiap observer. Secara kontras, dunia mempresentasikan sebuah kaleidoscopic flux yang penuh impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah sistem bahasa yang ada di pikiran kita. Kita membelah alam, mengorganisasikannya ke dalam konsep, memilah unsur-unsur yang penting.”
                                                                       
Bahasa bagi Whorf pemandu realitas sosial dan mengkondisikan pikiran individu tentang sebuah masalah dan proses sosial. Individu tidak hidup dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi sangat ditentukan oleh simbol-simbol bahasa tertentu yang menjadi medium komunikasi sosial. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk mewakili realitas yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh Whorf sebagai dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Singkat kata, dapat disimpulkan bahwa pandangan manusia tentag dunia dibentuk oleh bahasa sehingga karena bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun berbeda. Secara selektif individu menyaring sensorik yang masuk seperti yang diprogramkan oleh bahasa yang dipakainya. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda memiliki perbedaan sensorik pula (Rakhmat, 1999).
Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :
1.      sistematis , yang berarti bahasa mempunyai pola atau sistem
2.      arbiter ( manasuka ) artinya , kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang di simbolkan nya
3.      ucapan / vokal. Bahasa berupa bunyi.
4.      Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol itu mengacu pada objeknya
5.      Bahasa , selain mengacu pada objek , juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya , bahasa dapat untuk menganalisis bahasa itu sendiri
6.      Manusiawi , yakni bahasa hanya di miliki oleh manusia
7.      Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa dalah menjadi lat komunikasi dan interaksi   
Fungsi fungsi bahasa di kelompokkan jadi ekspresif, konatif , dan representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara. Dalam fungsi konatifnya bahasa , terarah pada lawan bicara, dan dengan fungsi representasionalnya bahasa terarah pada objek lain di luar pembicara dan lawan bicara. Fungsi fungsi bhasa juga dibedakan jadi simbolik , emotif dan efektif.
STRUKTUR BAHASA DAN KOSAKATA                                                      
Saking pentingnya struktur atau tata bahasa bagi kegiatan ilmiah , suryasumantri mengajukan pertanyaan teoritis : bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan penalaran yang cermat tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat ? penguasaan tata bahasa secara pasif dan aktif memungkinkannya menyusun pernyataan pernyataan dengan baik dan juga menarik kesimpulan dengan betul. Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Lebih lanjut , charlton laird memberikan tata bahasa sebagai alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untukn mengungkapkan makna dan emosi dengan memakai aturan aturan tertentu                                                                         
Selain struktur atau tata bahasa , yang penting pila di kuasai oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknannya. Sebab, yang disampaikan pembicaraatau penulis kepada lawan bicaranya atau pembacanya sejatinya ialah makna ( informasi , pengetahuan ). Dan makna ini di wadahio dalam kosakata. Yang dalam khazanah ilmiah di namakan dengan istilah atau terminologi. Tata bahasa, kosakata dan makna inilah yang kerap menimbulkan persoalan dalam kegiatan ilmiah lantaran kelemahan inheren bahasa. Maka , sekali lagi andaikata ilmiuwan ridak cukup menguasai tata bahasa , kosakata dan makna , persoalan persoalan dalam kegitan ilmiah akan semakin rumit.
KELEMAHAN BAHASA                                                                                         
Sampai disini, kiranya sudah dapat di pahami bahwa bahasa sangat vital bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari hari. Pun bahasa memperjelas cara berfikir manusia, maka orang yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai xcara berfikir yang sistematis. Lebih jauh sesungguhnya bahasa menstrukturkan pengalaman manusia, dan begitu pula sebaliknya.                                                         
Namun bahasa pun tak luput dari sejumlah kelemahan inheren yang bisa menghambat komunikasi.  Pertama, bahasa memiliki multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif ) yang dalam praktiknya sukar untuk di pisah pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnyaketika mengkomunikasikan pengetahuan informatifnya. Syahdan, pengetahuan yang di utarakan tak sepenuhnya kalis dari emosi dan afeksidan karenanya tak seutuhnya objektif ; konotasinya bersifat emosional.                                                                                                               
Kedua, kata kata mengandung makna atau arti yang tidak seutuhnya jelas dan eksak. Misalnya, kata “cinta” di pakai dalam lingkup yang luas dalam berhubungan antara ibu dan anak , ayah dan anak, sumi dan istri, kakek dan nenek, sepasang kekasih. Banyaknya makna yang termuat dalam arti kata “cinta” menyulitkan kita untuk membuat bahasa yang tepat dan menyeluruh. Sebaliknya, beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna – bersifat majemuk atau plural , kerap kali memantik apa yang di istilahkan sebagai kekacauan semantik, yakni dua orang yang berkomunikasi menggunakan sebuah kata dengan makna makna yang berlainan, atau mereka menggunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah makna yang sama.       Ketiga, bahasa acap kali bersifat sirkular ( berputar putar ). Jujun mencontohkan kata “pengelolaan” yang di definisikan sebagai “kegiatan yang di lakukan dalam sebuah organisasi” , sedangkan organisai di definisikan sebagai “suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan”. Kelemahan kelemahan bahasa tersebut sebenernya telah menjadi kajian keilmuwan tersendiri dalam, misalnya, filsafat, analitik, linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik.                                                                        
Jelaslah bagi kita bahwa bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk makhluk lainnya. Jelaslah pula bahwa, di satu sisi, bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah  mempunyai fungsi fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas aktivitas ilmiah . Di sisi lain , bahasa tidak lepas dari kelemahan kelemahan yang merintangi pencapain tujuan dari aktivitas aktivitas ilmiah. Kelemahan kelemahan bahasa ini barangkali akan di tutupi oleh kelebihan kelebihan  dari dua sarana berfikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statitiska .
KONSEP DAN DEFINISI BAHASA
Manusia yang nalurinya selalu hidup bersama menyebabkan perlunya berkomunikasi sesamanya. Alat komunikasi ini adalah bahasa. Dengan mempergunakan bahasa seseorang dapat berbicara dengan orang lain untuk dapat dipahami dan dimengerti. Komunikasi yang berhasil guna dan berdaya guna dengan sendirinya memerlukan media bahasa yang komunikatif yang mempunyai aturan-aturan, norma-norma dan kaidah-kaidah bahasa dan kebahasaan yang perlu dilaksanakan.
Bahasa itu sangat penting bagi manusia, dan masyarakat. Bahasa itu digunakan di mana saja, dan kapan saja oleh masyarakat, baik masyarakat desa,kota, nasional maupun internasional. Bahasa itu membuat orang jadi senang, sedih atau mempunyai pengetahuan. Bahasa demikian berperan dan pentingnya, dan demikian pula luas jangkauan dan ruang lingkupnya, sehingga kadang kala hadir pendapat yang mengatakan tanpa bahasa kehidupan manusia tidak mempunyai arti sama sekali. Manusia dalam hubungannya dengan bahasa sudah merupakan seakan lepat dengan daun. Bentuk dan keinginan apapun yang dipunyai manusia memerlukan bahasa. Ambillah beberapa contoh berkelahi dengan teman, bertengkar, mengomel, menasehati, bahkan sampai-sampai bercumbu-rayu maupun sambil berkerut dahi menjawab pertanyaan ujian yang sulit atau sambil menukar sebuah ban mobilpun bahasa selalu hadir dan berperan serta. Jadi bahasa adalah segala-galanya.
Bahasa adalah isyarat-isyarat vokal yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat (kelompok sosial) yang bermanfaat bagi kerja sama, saling memahami pribadi-pribadi, demikian pula keperluan, harapan, keinginan, dan cita-cita. Bahasa menurut interpretasi sastra (literary interpretation); Di mana makna bersifat figurative/ Contoh : Language of colour, bahasa warna, Language of love, bahasa cinta, Language of the flowers, bahasa bunga. Jadi apapun yang kita lakukan di dunia harus memakai bahasa. Tidak ada satu saatpun dalam kehidupan sehari-hari yang bebas dari kata-kata, bahkan sewaktu bermimpipun kita seakan berbicara atau diajak bicara. Kita bicara walaupun tidak ada yang menjawab. Kita bicara kepada binatang dan kepada diri kita sendiri. Si kecil asyik berbicara dengan boneka mainannya. Manusialah satu-satunya makhluk yang bertutur-kata Kemampuan berbahasa inilah yang membedakan manusia lebih dari makhluk yang lain. Sering kita mendengar ungkapan bahwa manusia adalah speaking animal. Kalau begitu maka untuk betul-betul mengerti kemanusiaan ini, kita mesti mempelajari yang membuat manusia jadi manusia. Konon tersurat dalam beberapa kepercayaan bahwa bahasa adalah sumber kehidupan dan kekuatan manusia.
Kalau demikian adanya, kita jadi manusia karena mengetahui paling tidak satu bahasa, apalagi kalau mengetahui lebih dari satu bahasa. Maka semakin manusialah kita ini. Seperti yang telah disebutkan di atas, kegiatan apapun yang ada di dunia harus mempergunakan bahasa. Sebagai contoh seorang ahli bangunan, ahli kesehatan, ahli mesin, ahli hukum, ahli ekonomi, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri harus menggunakan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi atau mengadakan hubungan. Pendekatan kita terhadap bahasa bisa saja menganggap sebagai fenomena perseorangan. Bila seseorang mengatakan bahasanya kasar sekali atau tutur katanya menyenangkan, maka dia secara disadari atau tidak memberikan pemenang atau memenangkah tingkah laku (human behaviour) orang lain. Manusia dalam kehidupan sehari-hari berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan. Keempat keterampilan ini bukan dihadiahkan begitu saja sewaktu dilahirkan, tetapi mesti dipelajari. Tiap orangpun berbeda kemampuannya dalam keterampilan-keterampilan itu.Ada yang menjadi penyair, penyiar, ahli pidato dan sebagainya. Orang yang tuli sejak lahir memperlihatkan penampilan berbahasa yang tidak normal. Dan sering kecelakaan atau penyakit mengganggu kebahasaan seseorang. Melihat ini semua, bahasa dapat kita lihat sebagai bagian dari psikologi manusia, tingkah laku tersendiri, tingkah laku yang fungsi utamanya adalah komunikasi dan interaksi.

No comments:

Post a Comment