B A B III
PENUTUP
1.1
Simpulan
Semantik yang semula
berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai
istilah teknis, semantik mengandung pengertian “study tentang makna“.
Bahasa pada dasarnya
merupakan sesuatu yang khas dimiliki manusia. Ernst Cassirer dalam hal ini
menyebut manusia sebagai animal symbolium, yakni makhluk yang menggunakan media
berupa symbol kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupannya.
Jenis makna yang dapat kita lihat dari berbagai
buku semantik, antara lain Bloomfield (1933), Palmer (1976), Verhaar (1981),
dan dari kamus, antara lain Tridalaksana (1984), atau dari Ullmann (1962). Kita
ketahui bahwa kata memiliki makna kognitif (denotative, deskriptif), makna
konotatif, dan emotif. Kata dengan makna
kognitif ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan kata kognitif ini sering
dipakai di bidang teknik. Kata kognitif di dalam bahasa Indonesia cenderung
bermakna negatif, sedangkan kata emotif memiliki makna positif.
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia,
seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya
lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna
(sinonimi), kebalikan makna (antonym), kegandaan makna (polisemi dan
ambiguitas), ketercakupan makna (hiponim), kelebihan makna (redundansi), dan
sebagainya.
Dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi
dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk/struktur. Untuk maksud “menyuruh”
orang lain, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat imperatif, kalimat
deklaratif, atau bahkan dengan kalimat interogatif. Dengan demikian, pragmatik
lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke formalisme. Pragmatik berbeda
dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan
analisisnya berupa tindak tutur (speech act), sedangkan semantik
menelaah makna satuan lingual (kata atau kalimat) dengan satuan analisisnya
berupa arti atau makna.
Secara singkronis makna sebuah kata atau leksem
tidak akan berubah; tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah
Maksutnya, dalam masa yang relative singkat, makna sebuah kata akan tetap sama,
tidak berubah; tetapi dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna
sebuah kata akan berubah.
1.2
Saran
1.2.1
Sebagai
mahasiswa kita harus dapat memahami apa yang terkandung didalam semantik karena
semantik merupakan salah satu kajian dalam linguistik.
1.2.2
Kita
juga harus dapat mengerti tentang isi yang terdapat dalam semantik diantaranya
tentang perubahan makna, relasi makna, jenis makna dan bagaimana hubungan
semantik denagn disiplin ilmu lain.
1.2.3
Dan
sebagai apa yang telah kita pelajari nanti maka kita dapat menerapkannya dalam
berbahasa sehingga kita dapat berbahasa secara baik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin.2008.
Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Djajasudarma,
Fatimah. 2009. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : PT. Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment