2.5
Tokoh dan Karya Angkatan Pujangga Baru
Karya sastra di
Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel
yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia.
1.
Sutan
Takdir Alisyahbana
Orang besar ini dilahirkan di Natal
(Tapanuli) pada 11-02-1908. Setelah menamatkan HIS di Bengkulu ia memasuki
Kweekschool di Bukitinggi dan kemudian HKS di Bandung. Setelah
itu ia belajar untuk Hoof Dacte di Jakarta dan juga belajar pada
Sekolah Hakim Tinggi. Selain itu belajar pula tentang filsafat dan kebudayaan
pada Fakultas sastra. Pendidikan yang beraneka ragam yang pernah
dialaminya serta cita-cita dan keinginan yang keras itu,
menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada dirinya. Karangannya
mempunyai bahasa yang sederhana tetapi tepat.
Karya-karyanya antara lain:
a.
Tak
Putus Dirundung Malang (roman, 1929)
b.
Dian
Tak Kunjung Padam (roman, 1932)
c.
Anak
Perawan Disarang Penyamun (roman, 1941)
d.
Layar
Terkembang (roman, 1936)
e.
Tebaran
Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
f.
Melawat
Ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
g.
Puisi
Lama (1942)
h.
Puisi
Baru (1946)
2.
Amir
Hamzah
Amir
Hamzah yang bergelar Pangeran Indera Putra, lahir pada 28-2-1911 di Tanjungpura
(Langkat), dan meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan, kemenakan
dan menantu Sultan Langkat, serta hidup ditengah-tengah keluarga yang taat beragama
Islam. Ia mengunjungi HIS di Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS, AI
(bagian Sastra Timur) di Solo. Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi
sampai kandidat. Amir Hamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga
mendapat sebutan “Raja Penyair” Pujangga Baru.
Karya-karyanya
antara lain:
a.
Nyanyi
Sunyi (kumpulan sajak, 1937)
b.
Buah
Rindu (kumpulan sajak, 1941)
c.
Setanggi
Timur (kumpulan sajak, 1939)
d.
Bhagawad
Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)
3.
Sanusi
Pane
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi,
14-11-1905. Ia mengunjungi SR di Padang Sidempuan, Sibolga, dan
Tanjungbalai, kemudian HIS Adabiyah di Padang, dan melanjutkan
pelajarannya ke Mulo Padang dan Jakarta, serta pendidikannya pada Kweekschool
Gunung Sahari Jakarata pada tahun 1925. Pada tahun 1928, ia pergi ke India
untuk memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari India
ia memimpin majalah Timbul. Di samping sebagai guru pada Perguruan Jakarta, ia menjabat
pemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang Balai Pustaka sampai tahun
1941. Pada jaman pendududkan Jepang menjadi pegawai tinggi Pusat Kebudayaan Jakarta
dan kemudian bekerja pada Jawatan Pendidikan Masyarakat di Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
a.
Pancaran
Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)
b.
Puspa
Mega (kumpulan puisi, 1927)
c.
Madah
Kelana (kumpulan puisi, 1931)
d.
Kertajaya
(sandiwara, 1932)
e.
Manusia
Baru (Sandiwara, 1940)
4.
Muhamad
Yamin, SH.
Prof.
Muhammad Yamin, SH. dilahirkan di Sawahlunto, Sumbar, 23 agustus 1905.
Setelah menamatkan Volkschool, HIS dan Normaalschool, ia mengunjungi sekolah-sekolah
vak seperti sekolah pertanian dan peternakan di Bogor. Kemudian menamatkan
AMS di Jogyakarta pada tahun 1927. Akhirnya ia memasuki Sekolah Hakim di
Jakarta hingga bergelar pada tahun 1932. Pekerjaan dan keahlian Yamin beraneka ragam,
lebih-lebih setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, ia memegang jabatan-jabatan penting
dalam kenegaraan hingga akhir hayatnya (26 Oktober 1962). Ia pun tidak pernah absen
dalam revolusi.
Karya-karyanya
antara lain:
a.
Tanah
Air (kumpulan puisi, 1922)
b.
Indonesia
Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928)
c.
Menanti
Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore)
d.
Ken
Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934)
e.
Gajah
Mada (roman sejarah, 1934)
f.
Julius
Caesar (terjemahan dari karya Shakespeare)
5.
Hamka
Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul
Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Maninjau, Sumatera
Barat, 16 Februari 1908. Dia putera Dr. H. Abdul Karim Amrullah, seorang
teolog Islam serta pelopor pergerakan berhaluan Islam modern dan tokoh yang ingin
membersihkan agama Islam dari khurafat dan bid’ah. Pendidikan Hamka hanya sampai
kelas dua SD, kemudian mengaji di langgar dan madsrasah. Ia pernah mendapat didikan
dan bimbingan dari H.O.S Tjokroaminoto. Prosa Hamka bernafaskan religious menurut
konsepsi Islam. Ia pujangga Islam yang produktif.
Karyanya antara lain:
a.
Di
Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
b.
Di
Dalam Lembah kehidupan (kumpulan cerpen, 1941)
c.
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijk (roman, 1939)
d.
Kenang-Kenangan
Hidup (autobiografi, 1951)
e.
Ayahku
(biografi)
f.
Karena
Fitnah (roman, 1938)
g.
Merantau
ke Deli (kisah;1939)
h.
Tuan
Direktur (1939)
i.
Menunggu
Beduk Berbunyi (roman, 1950)
6.
M.R.
Dajoh
Marius
Ramis Dajoh lahir di Airmadidi, Minahasa, 2
November 1909. Ia berpendidikan SR, HIS Sirmadidi, HKS
Bandung, dan Normaalcursus di Malang. Pada masa Jepang
menjabatat kepala bagian sandiwara di kantor Pusat Kebudayaan. Kemudian pindah
ke Radio Makasar. Dalam karya Prosanya sering menggambarkan pahlawan-pahlawan
yang berani, sedang dalam puisinya sering meratapi kesengsaraan masyarakat.
Karyanya
antara lain:
a.
Pahlawan
Minahasa (roman; 1935)
b.
Peperangan
Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (roman, 1931)
c.
Syair
Untuk Aih (sajaka, 1935)
7.
Ipih
Ipih atau H.R. adalah nama samaran
dari Asmara Hadi. Dia lahir di Talo, Bengkulu, tanggal 5 September 1914.
Pendidikannya di HIS Bengkulu, Mulo Jakarta, Bandung, serta Mulo
Taman Siswa Bandung. Lebih dari setahun ia ikut dengan Ir. Soekarno
di Endeh. Setelah menjadi guru, ia menjadi wartawan dan pernah memimpin harian
Pikiran Rakyat di Bandung. Dalam karyanya terbayang semangat gembira dengan napas
kebangsaan dan perjuangan. Karya-karyanya yaitu: Di
Dalam Lingkungan Kawat Berduri (catatan, 1941)
8.
Armijn
Pane
Armijn Pane adalah adik dari Sanusi
Pane. Lahir di Muarasipongi, Tapanuli Selatan,
18 Agustus 1908. Ia berpendidikan HIS, ELS, Stofia Jakarta pada tahun 1923, dan
pindah ke Nias, Surabaya, dan menamatkan di Solo. Kemudian menjadi guru bahasa dan
sejarah di Kediri dan Jakarta serta pada tahun 1936 bekerja di Balai Pustaka.
Pada masa pendudukan Jepang menjadi Kepala Bagian Kesusastraan di
Kantor Pusat Kebudayaan Jakarta, serta memimpin majalah Kebudayaan Timur.
Karyanya antara lain:
a.
Belenggu
(roman jiwa, 1940)
b.
Nyai
Lenggang Kencana (sandiwara, 1937)
c.
Jiwa
Berjiwa (kumpulan sajak, 1939)
d.
Ratna
(sandiwara, 1943)
e.
Habis
Gelap Terbitlah Terang (uraian dan terjemahan surat-surat R.A Kartini, 1938)
9.
Rustam
Effendi
Lahir di Padang, 18 Mei 1905. Dia
aktif dalam bidang politik serta pernah menjadi anggota Majelis
Perwakilan Belanda sebagai utusan Partai Komunis. Dalam karyanya
banyak dipengaruhi oleh bahasa daerahnya, juga sering mencari
istilah-istilah dari Bahasa Arab dan Sansakerta.
Karyanya antara lain:
a.
Percikan
Permenungan (kumpulan sajak, 1922)
b.
Bebasari
(sandiwara bersajak, 1922)
10.
A.
Hasjmy
A. Hasjmy nama sebenarnya adalah
Muhammad Ali Hasjmy. Lahir di Seulimeun, Aceh, 28 Maret 1912.
Ia berpendidikan SR dan Madrasah Pendidkan Islam. Pada tahun 1936
menjadi guru di Perguruan Islam Seulimeun.
Karya-karyanya antara lain:
a.
Kisah
Seorang Pengembara (kumpulan sajak, 1936)
b.
Dewan
Sajak (kumpulan sajak, 1940)
No comments:
Post a Comment