Saturday, March 15, 2014

KARYA ANGKATAN PUJANGGA BARU


2.5         Tokoh dan Karya Angkatan Pujangga Baru
Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia.

1.        Sutan Takdir Alisyahbana
Orang besar ini dilahirkan di Natal (Tapanuli) pada 11-02-1908. Setelah menamatkan HIS di Bengkulu ia memasuki Kweekschool di Bukitinggi dan kemudian HKS di Bandung. Setelah itu ia belajar untuk Hoof Dacte di Jakarta dan juga belajar pada Sekolah Hakim Tinggi. Selain itu belajar pula tentang filsafat dan kebudayaan pada Fakultas sastra. Pendidikan yang beraneka ragam yang pernah dialaminya serta cita-cita dan keinginan yang keras itu, menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada dirinya. Karangannya mempunyai bahasa yang sederhana tetapi tepat.
Karya-karyanya antara lain:
a.    Tak Putus Dirundung Malang (roman, 1929)
b.    Dian Tak Kunjung Padam (roman, 1932)
c.    Anak Perawan Disarang Penyamun (roman, 1941)
d.   Layar Terkembang (roman, 1936)
e.    Tebaran Mega (kumpulan puisi/prosa lirik, 1936)
f.     Melawat Ke Tanah Sriwijaya (kisah, 1931/1952)
g.    Puisi Lama (1942)
h.    Puisi Baru (1946)

2.        Amir Hamzah
Amir Hamzah yang bergelar Pangeran Indera Putra, lahir pada 28-2-1911 di Tanjungpura (Langkat), dan meninggal pada bulan Maret 1946. Ia keturunan bangsawan, kemenakan dan menantu Sultan Langkat, serta hidup ditengah-tengah keluarga yang taat beragama Islam. Ia mengunjungi HIS di Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS, AI (bagian Sastra Timur) di Solo. Ia menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai kandidat. Amir Hamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan “Raja Penyair” Pujangga Baru.
Karya-karyanya antara lain:
a.     Nyanyi Sunyi (kumpulan sajak, 1937)
b.    Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941)
c.     Setanggi Timur (kumpulan sajak, 1939)
d.    Bhagawad Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)

3.        Sanusi Pane
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, 14-11-1905. Ia mengunjungi SR di Padang Sidempuan, Sibolga, dan Tanjungbalai, kemudian HIS Adabiyah di Padang, dan melanjutkan pelajarannya ke Mulo Padang dan Jakarta, serta pendidikannya pada Kweekschool Gunung Sahari Jakarata pada tahun 1925. Pada tahun 1928, ia pergi ke India untuk memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari India ia memimpin majalah Timbul. Di samping sebagai guru pada Perguruan Jakarta, ia menjabat pemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang Balai Pustaka sampai tahun 1941. Pada jaman pendududkan Jepang menjadi pegawai tinggi Pusat Kebudayaan Jakarta dan kemudian bekerja pada Jawatan Pendidikan Masyarakat di Jakarta.
Karya-karyanya antara lain:
a.     Pancaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)
b.    Puspa Mega (kumpulan puisi, 1927)
c.     Madah Kelana (kumpulan puisi, 1931)
d.    Kertajaya (sandiwara, 1932)
e.     Manusia Baru (Sandiwara, 1940)

4.        Muhamad Yamin, SH.
Prof. Muhammad Yamin, SH. dilahirkan di Sawahlunto, Sumbar, 23 agustus 1905. Setelah menamatkan Volkschool, HIS dan Normaalschool, ia mengunjungi sekolah-sekolah vak seperti sekolah pertanian dan peternakan di Bogor. Kemudian menamatkan AMS di Jogyakarta pada tahun 1927. Akhirnya ia memasuki Sekolah Hakim di Jakarta hingga bergelar pada tahun 1932. Pekerjaan dan keahlian Yamin beraneka ragam, lebih-lebih setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, ia memegang jabatan-jabatan penting dalam kenegaraan hingga akhir hayatnya (26 Oktober 1962). Ia pun tidak pernah absen dalam revolusi.
Karya-karyanya antara lain:
a.     Tanah Air (kumpulan puisi, 1922)
b.    Indonesia Tumpah Darahku (kumpulan puisi, 1928)
c.     Menanti Surat dari Raja (sandiwara, terjemahan Rabindranath Tagore)
d.    Ken Arok dan Ken Dedes (sandiwara, 1934)
e.     Gajah Mada (roman sejarah, 1934)
f.     Julius Caesar (terjemahan dari karya Shakespeare)

5.        Hamka
Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 16 Februari 1908. Dia putera Dr. H. Abdul Karim Amrullah, seorang teolog Islam serta pelopor pergerakan berhaluan Islam modern dan tokoh yang ingin membersihkan agama Islam dari khurafat dan bid’ah. Pendidikan Hamka hanya sampai kelas dua SD, kemudian mengaji di langgar dan madsrasah. Ia pernah mendapat didikan dan bimbingan dari H.O.S Tjokroaminoto. Prosa Hamka bernafaskan religious menurut konsepsi Islam. Ia pujangga Islam yang produktif.
Karyanya antara lain:
a.     Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
b.    Di Dalam Lembah kehidupan (kumpulan cerpen, 1941)
c.     Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk (roman, 1939)
d.    Kenang-Kenangan Hidup (autobiografi, 1951)
e.     Ayahku (biografi)
f.     Karena Fitnah (roman, 1938)
g.    Merantau ke Deli (kisah;1939)
h.    Tuan Direktur (1939)
i.      Menunggu Beduk Berbunyi (roman, 1950)

6.        M.R. Dajoh
Marius Ramis Dajoh lahir di Airmadidi, Minahasa, 2  November 1909. Ia berpendidikan SR, HIS Sirmadidi, HKS Bandung, dan Normaalcursus di Malang. Pada masa Jepang menjabatat kepala bagian sandiwara di kantor Pusat Kebudayaan. Kemudian pindah ke Radio Makasar. Dalam karya Prosanya sering menggambarkan pahlawan-pahlawan yang berani, sedang dalam puisinya sering meratapi kesengsaraan masyarakat.
Karyanya antara lain:
a.     Pahlawan Minahasa (roman; 1935)
b.    Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (roman, 1931)
c.     Syair Untuk Aih (sajaka, 1935)

7.        Ipih
Ipih atau H.R. adalah nama samaran dari Asmara Hadi. Dia lahir di Talo, Bengkulu, tanggal 5 September 1914. Pendidikannya di HIS Bengkulu, Mulo Jakarta, Bandung, serta Mulo Taman Siswa Bandung. Lebih dari setahun ia ikut dengan Ir. Soekarno di Endeh. Setelah menjadi guru, ia menjadi wartawan dan pernah memimpin harian Pikiran Rakyat di Bandung. Dalam karyanya terbayang semangat gembira dengan napas kebangsaan dan perjuangan. Karya-karyanya yaitu: Di Dalam Lingkungan Kawat Berduri (catatan, 1941)


8.        Armijn Pane
Armijn Pane adalah adik dari Sanusi Pane. Lahir di  Muarasipongi, Tapanuli Selatan, 18 Agustus 1908. Ia berpendidikan HIS, ELS, Stofia Jakarta pada tahun 1923, dan pindah ke Nias, Surabaya, dan menamatkan di Solo. Kemudian menjadi guru bahasa dan sejarah di Kediri dan Jakarta serta pada tahun 1936 bekerja di Balai Pustaka. Pada masa pendudukan Jepang menjadi Kepala Bagian Kesusastraan di Kantor Pusat Kebudayaan Jakarta, serta memimpin majalah Kebudayaan Timur.
Karyanya antara lain:
a.     Belenggu (roman jiwa, 1940)
b.    Nyai Lenggang Kencana (sandiwara, 1937)
c.     Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939)
d.    Ratna (sandiwara, 1943)
e.     Habis Gelap Terbitlah Terang (uraian dan terjemahan surat-surat R.A Kartini, 1938)

9.        Rustam Effendi
Lahir di Padang, 18 Mei 1905. Dia aktif dalam bidang politik serta pernah menjadi anggota Majelis Perwakilan Belanda sebagai utusan Partai Komunis. Dalam karyanya banyak dipengaruhi oleh bahasa daerahnya, juga sering mencari istilah-istilah dari Bahasa Arab dan Sansakerta.
Karyanya antara lain:
a.     Percikan Permenungan (kumpulan sajak, 1922)
b.    Bebasari (sandiwara bersajak, 1922)

10.    A. Hasjmy
A. Hasjmy nama sebenarnya adalah Muhammad Ali Hasjmy. Lahir di Seulimeun, Aceh, 28 Maret 1912. Ia berpendidikan SR dan Madrasah Pendidkan Islam. Pada tahun 1936 menjadi guru di Perguruan Islam Seulimeun.
Karya-karyanya antara lain:
a.     Kisah Seorang Pengembara (kumpulan sajak, 1936)
b.    Dewan Sajak (kumpulan sajak, 1940)

No comments:

Post a Comment